SEPATU BARU

(Tema: Cinta Tanah Air & Sila ke-5: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia)

Danu baru saja naik kelas lima. Ia tinggal di pinggir kota bersama ibunya yang bekerja sebagai penjual sayur keliling. Sepulang sekolah, Danu biasa membantu ibunya mengupas bawang atau membersihkan sayuran.

Hari itu, sepatu Danu robek. Solnya sudah tipis dan ada lubang kecil di bagian jari. Tapi Danu tetap memakainya dengan bangga. “Yang penting bisa dipakai jalan,” katanya sambil tertawa kecil.

Di sekolah, beberapa teman sempat mengejek.

“Halah, sepatunya udah kayak ikan lele mulutnya,” kata Rendy sambil tertawa bersama teman-temannya.

Danu hanya tersenyum. Ia tidak suka membalas ejekan.

Bu Maya, guru kelas mereka, memperhatikan hal itu. Saat pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, beliau mengajak murid-murid berdiskusi.

“Anak-anak, siapa yang tahu arti keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia?”

Beberapa murid mengangkat tangan. Bu Maya menjelaskan bahwa adil bukan berarti semua harus sama, tapi semua orang harus mendapatkan kesempatan yang layak.

“Misalnya,” kata Bu Maya, “kalau kita tahu ada teman yang butuh bantuan, kita bisa bantu dengan ikhlas. Itu juga bagian dari keadilan sosial.”

Besoknya, kelas jadi lebih ramai dari biasanya. Rendy dan teman-temannya membawa kotak kecil yang ditulis: “Tabungan Kelas untuk Teman Kita.”

Bu Maya hanya mengangguk dan tersenyum.

Seminggu kemudian, kotak itu dibuka. Isinya cukup untuk membeli sepasang sepatu baru. Tapi Danu tidak tahu apa-apa.

Saat jam istirahat, Bu Maya memanggil Danu ke depan kelas.

“Danu, ini ada hadiah dari teman-teman. Sepatu baru! Karena kamu sudah jadi contoh anak yang sabar dan tidak membalas ejekan.”

Danu terdiam, wajahnya merah. “Tapi… aku nggak minta apa-apa, Bu.”

“Justru karena kamu tidak minta, kami ingin memberikannya,” jawab Bu Maya.

Teman-teman bertepuk tangan. Rendy maju dan meminta maaf. “Maaf ya, Nu. Aku salah udah ngeledek. Boleh nggak kita berteman lagi?”

Danu mengangguk. “Ayo main bola bareng nanti!”

Hari itu, Danu pulang dengan sepatu baru dan hati yang hangat. Ia belajar bahwa cinta tanah air juga bisa diwujudkan dengan adil dan peduli terhadap sesama.