RESENSI NOVEL “SALAH ASUHAN”

udul: Salah Asuhan
Penulis: Abdul Muis
Penerbit: Balai Pustaka
Tahun Terbit: Pertama kali 1928
Jumlah Halaman: Sekitar 280 halaman (tergantung edisi)
Genre: Sastra Klasik, Roman Sosial, Kritik Budaya
Pembaca Sasaran: Remaja akhir dan dewasa yang ingin memahami pergolakan identitas dan budaya dalam masyarakat kolonial
Tag: sastra klasik Indonesia, balai pustaka, Abdul Muis, roman kolonial, perjuangan identitas, kritik budaya, pendidikan barat, percampuran budaya, mental inlander, asimilasi budaya, tragedi cinta, konflik rasial, tokoh tragis, pendidikan kolonial, pemuda Indonesia, literasi sejarah, novel perjuangan identitas, ketimpangan sosial, pengaruh barat, warisan sastra nusantara, pemikiran modern, ketegangan budaya timur dan barat

Sinopsis Singkat
Salah Asuhan mengisahkan tokoh Hanafi, seorang pemuda pribumi terpelajar yang sangat mengagumi budaya Barat. Ia jatuh cinta pada Corrie du Bussee, gadis Indo-Belanda yang modern dan bebas. Di sisi lain, Hanafi justru merendahkan budaya dan tradisi kampung halamannya, termasuk perasaan hati Rapiah, perempuan pribumi yang mencintainya dengan tulus.

Namun, impian Hanafi akan hidup bahagia bersama Corrie kandas saat realitas sosial kolonial memperlihatkan batas-batas tak kasat mata antara bangsa penjajah dan terjajah. Di sinilah konflik utama cerita berpusat: pergolakan identitas dan krisis kepercayaan diri seorang pribumi dalam sistem kolonial.

Ulasan
1. Tema dan Pesan
Abdul Muis mengangkat tema besar tentang inferioritas budaya, ketimpangan sosial, dan pencarian jati diri dalam sistem kolonial yang timpang. Ia mempertanyakan harga dari mengagung-agungkan Barat dan melupakan akar budaya sendiri. Konflik Hanafi adalah representasi dari krisis identitas bangsa Indonesia kala itu.

2. Gaya Bahasa
Menggunakan bahasa Melayu klasik yang rapi dan penuh muatan emosi, Abdul Muis mampu membawa pembaca menyelami batin tokohnya. Deskripsi panjang dan narasi reflektif memberi kedalaman pada konflik internal para tokoh.

3. Tokoh dan Karakterisasi

Hanafi: tokoh sentral yang tragis, intelektual tetapi lemah karakter, mencerminkan kebingungan generasi muda masa kolonial.

Corrie: wanita modern yang menggambarkan ketegangan antara keterbukaan dan keangkuhan kelas sosial.

Rapiah: lambang kesederhanaan dan kesetiaan perempuan pribumi, menjadi cermin moral dalam cerita.

4. Relevansi Zaman Kini
Meski lahir di era kolonial, Salah Asuhan tetap relevan untuk dibaca di era globalisasi sekarang. Konflik identitas dan pengaruh budaya asing masih menjadi isu kontemporer, terutama dalam dunia pendidikan, gaya hidup, dan persepsi diri kaum muda.

5. Kelebihan dan Kekurangan
✅ Kelebihan:

Kritik sosial tajam dan menyentuh

Gaya naratif yang mendalam dan filosofis

Menggambarkan dilema identitas dengan cerdas

❌ Kekurangan:

Beberapa bagian terasa repetitif

Tempo alur lambat di pertengahan cerita

Kesimpulan
Salah Asuhan adalah karya monumental sastra Indonesia yang membuka diskusi panjang soal identitas, pendidikan, dan penjajahan mental. Novel ini memberi pelajaran penting: bahwa pendidikan tanpa jati diri bisa menjauhkan seseorang dari nilai kemanusiaan dan akarnya sendiri. Hanafi adalah potret masa lalu yang masih membayangi generasi masa kini.

📚 Rekomendasi: Novel ini layak dijadikan bahan diskusi di kelas sastra dan sosiologi, dan bisa membantu anak muda mengenali pentingnya mencintai akar budayanya.