PUISI PANCASILA

1. Manusia dan Cermin

Aku berkaca pada sila kedua,
katanya: manusia yang beradab.
Maka kutanya diriku,
sudahkah aku memanusiakan manusia?

2. Satu Meja, Banyak Suara

Kami beda agama,
beda warna kulit,
beda cerita.
Tapi di meja makan ini,
semuanya tuntas dalam tawa.
Itulah sila ketiga —
persatuan, bukan paksaan.

3. Di Tengah Lapangan

Matahari saksi
kami berdiri tegak di bawah merah putih.
Tak ada yang paling hebat
tak ada yang paling dulu
semua saling hormat.
Sila kelima: keadilan yang membumi.

4. Salam dan Senyum

Pagi itu,
aku beri senyum ke satpam sekolah.
Ia jawab dengan salam.
Tak perlu satu agama untuk saling ramah.
Inilah sila pertama: Ketuhanan yang memanusiakan.

5. Kotak Suara

Saat mencoblos
aku tak lihat nama
aku lihat harapan.
Inilah sila keempat:
musyawarah dalam suara.

6. Buku dan Teman

Kuberikan bukuku pada teman
yang tak mampu beli.
Katanya kecil,
tapi aku tahu
itu sila kedua sedang bekerja diam-diam.

7. Langkah yang Sama

Kaki-kaki kami berbeda ukuran
tapi melangkah di jalan yang sama.
Kami satu tujuan,
satu cinta: Indonesia.
Sila ketiga tak perlu banyak teori.

8. Hidup yang Rata

Saat temanku lapar,
aku tak bisa kenyang sepenuhnya.
Keadilan bukan hanya soal hukum,
tapi juga soal hati.
Sila kelima, semoga kau hidup di dunia nyata.

9. Rapat Kelas

Kami tak sepakat soal warna kaos kelas.
Ada yang ingin biru, ada yang ingin hitam.
Tapi setelah voting dan tawa panjang,
kami pilih ungu.
Sila keempat: suara semua harus dihitung.

10. Pancasila di Dalam Diri

Tak perlu kulukis di dinding
cukup kupahat dalam hati.
Pancasila bukan hafalan,
tapi tindakan sehari-hari.