MIMPI KESEMBILAN – KEKUATAN PENDIDIKAN

Dalam perjalanannya, Yono mulai memahami pentingnya kepercayaan diri dan keberanian untuk bermimpi besar. Namun, ia mulai bertanya-tanya tentang cara membuat dampak nyata di dunia. Ia berpikir, Apakah saya memiliki alat yang cukup untuk membantu orang lain? Apa yang bisa saya lakukan untuk membawa perubahan?

Malam itu, Yono kembali tertidur dengan pertanyaan itu di hatinya. Ia terbangun dalam mimpinya di sebuah desa kecil dengan gunung-gunung hijau di kejauhan. Anak-anak tampak bermain di sekitar, beberapa membawa buku, sementara lainnya duduk di bawah pohon bersama seorang wanita muda yang penuh semangat.

Wanita itu menoleh dan tersenyum kepada Yono. “Selamat datang, Yono. Namaku Malala Yousafzai.”

Yono tercengang. Ia mengenali Malala sebagai sosok pemberani yang memperjuangkan hak anak-anak perempuan untuk mendapatkan pendidikan. “Malala,” Yono berkata, “apa yang Anda lakukan di sini?”

“Sama seperti biasa,” jawab Malala dengan lembut. “Aku mengajarkan anak-anak bahwa pendidikan adalah kekuatan terbesar yang mereka miliki.”

Yono melihat ke sekeliling. Anak-anak itu tampak antusias mendengar setiap kata Malala. “Tapi, bagaimana pendidikan bisa membawa perubahan besar?” tanya Yono.

Malala tersenyum, mengangkat sebuah buku. “Yono, kau tahu, one child, one teacher, one book, one pen can change the world.

Yono mengerutkan kening, mencoba memahami. “Satu anak, satu guru, satu buku, satu pena… itu tampak kecil dibandingkan dengan masalah besar di dunia ini.”

Malala menatap Yono dengan mata yang penuh keyakinan. “Justru di situlah kekuatannya. Perubahan besar dimulai dari langkah-langkah kecil. Setiap anak yang diberi kesempatan untuk belajar memiliki potensi untuk mengubah nasib keluarganya, komunitasnya, bahkan dunia. Pendidikan adalah jembatan antara kemiskinan dan kesuksesan, antara ketidaktahuan dan pemahaman.”

Yono mengangguk perlahan. “Tapi, bagaimana jika saya tidak tahu harus mulai dari mana? Saya bukan guru atau aktivis seperti Anda.”

Malala mendekat dan meletakkan tangannya di bahu Yono. “Kau tidak perlu menjadi guru atau aktivis untuk membawa perubahan. Kau hanya perlu berbagi pengetahuan yang kau miliki. Bahkan tindakan kecil, seperti mengajari seseorang membaca atau berbicara tentang pentingnya pendidikan, bisa menjadi langkah besar bagi mereka. Jangan meremehkan dampak dari hal-hal kecil yang kau lakukan.”

Yono tersenyum, mulai merasakan kekuatan dalam kata-kata Malala. Ia menyadari bahwa pendidikan bukan hanya soal sekolah atau guru, tetapi juga tentang berbagi, belajar, dan menginspirasi orang lain.

“Jadi, apa yang harus saya lakukan?” tanya Yono.

Malala menunjuk ke arah anak-anak di sekeliling mereka. “Mulailah dari sekitarmu. Temukan seseorang yang membutuhkan bantuan untuk belajar. Ajarkan mereka, dukung mereka, dan percayalah bahwa kau sedang menanam benih perubahan.”

Ketika Yono terbangun dari mimpi itu, ia merasa semangat baru menyala di hatinya. Ia tahu bahwa meskipun ia bukan seorang guru atau pemimpin besar, ia bisa membuat perbedaan nyata dengan mendukung pendidikan, satu langkah kecil pada satu waktu.