Setelah pertemuannya dengan William Shakespeare, Yono merasa lebih percaya diri untuk setia pada dirinya sendiri. Namun, di dalam hatinya, ia masih merasakan sedikit keraguan. Bagaimana jika diriku yang sebenarnya tidak cukup baik? Bagaimana jika keunikan ini justru membuatku tidak diterima?
Malam itu, dalam tidurnya, Yono terbangun di sebuah ruangan megah dengan dinding berhias cermin-cermin besar dan lampu gantung kristal yang berkilauan. Di tengah ruangan, seorang pria elegan dengan jas bergaya klasik sedang duduk di sofa, membaca sebuah buku tebal.
Pria itu menoleh dan tersenyum penuh pesona. “Ah, tamu yang menarik. Selamat datang, Yono. Aku Oscar Wilde.”
Yono mengenali nama itu sebagai salah satu penulis dan filsuf terkenal dengan pandangan hidup yang tajam. Ia maju perlahan, merasa sedikit gugup. “Oscar Wilde? Saya tahu Anda. Anda adalah penulis dengan kata-kata yang begitu kuat dan penuh makna.”
Wilde tertawa kecil, lalu menutup bukunya. “Kata-kata adalah senjata paling elegan, dan aku senang mereka membawamu ke sini. Tapi kau datang dengan kegelisahan di hatimu. Apa yang membebanimu, anak muda?”
Yono menghela napas, mencoba merangkai kata. “Saya telah belajar untuk setia pada diri sendiri. Namun, saya takut… bagaimana jika menjadi diri sendiri tidak cukup baik? Bagaimana jika keunikan saya justru membuat saya ditolak?”
Wilde memandang Yono dengan senyum simpul. “Ah, sebuah ketakutan yang begitu umum di dunia ini. Dengarkan aku baik-baik, Yono: Be yourself; everyone else is already taken. Jadilah dirimu sendiri, karena semua peran lain di dunia ini sudah diambil.”
Yono terdiam, mencoba mencerna kata-kata itu. “Tapi bagaimana jika orang-orang tidak menyukai siapa diri saya sebenarnya?”
Wilde berdiri, mendekati cermin besar yang menghiasi ruangan. “Yono, lihatlah cermin ini. Apa yang kau lihat?”
Yono melangkah ke depan, melihat bayangannya sendiri di cermin. “Saya melihat diri saya.”
“Benar,” kata Wilde. “Dan tidak ada cermin lain di dunia ini yang akan menampilkan bayangan yang sama seperti itu. Kau adalah satu-satunya. Jika kau mencoba menjadi orang lain, kau hanya akan menjadi salinan yang tidak sempurna. Dunia ini tidak membutuhkan salinan. Dunia ini membutuhkan keunikanmu.”
Yono mengerutkan kening. “Tapi bagaimana jika keunikan saya tidak diterima oleh orang lain?”
Wilde tertawa kecil, matanya berkilat dengan kebijaksanaan. “Maka itu adalah masalah mereka, bukan masalahmu. Dunia ini penuh dengan orang-orang yang mencoba menyenangkan semua orang, tetapi kehilangan dirinya sendiri dalam prosesnya. Jadilah dirimu sendiri, Yono, bahkan jika itu berarti kau berbeda. Keberanian untuk menjadi unik adalah tanda dari kekuatan sejati.”
Wilde berbalik, mengangkat tangannya seolah-olah sedang berbicara di panggung. “Hidup ini bukanlah tentang menyenangkan semua orang. Hidup ini adalah tentang menemukan kebahagiaan dalam dirimu sendiri, menghargai siapa dirimu, dan hidup sesuai dengan nilai-nilaimu. Mereka yang benar-benar layak untukmu akan mencintai dirimu apa adanya.”
Kata-kata itu menggugah Yono. Ia menyadari bahwa mencoba menjadi orang lain hanya akan membuatnya kehilangan keindahan yang ada dalam dirinya sendiri. Keunikan adalah kekuatannya, bukan kelemahannya.
Ketika Yono terbangun dari mimpi itu, ia merasa lebih bebas dari sebelumnya. Ia berjanji untuk menerima dirinya apa adanya dan hidup dengan otentisitas penuh, tanpa takut pada penilaian orang lain.