Setelah pertarungan sengit melawan Kraken yang dirusak, Arga kembali ke Kuil Bawah Laut. Ia merasakan kelelahan yang luar biasa, tetapi kemenangan itu memberinya harapan baru. Kraken yang dulunya merupakan ancaman mengerikan kini terbaring tak berdaya di dasar laut, bukti kekuatan Jantung Lautan dan tekad Arga.
Arga menghabiskan beberapa waktu di Kuil Bawah Laut, mempelajari gulungan-gulungan kuno dan merasakan energi Jantung Lautan. Ia menemukan bahwa kegelapan yang merusak Kraken bukanlah kekuatan alami lautan, melainkan sesuatu yang asing dan jahat, berasal dari kedalaman yang bahkan lebih dalam dan belum terjamah. Gulungan itu menyebut kekuatan ini sebagai “Bayangan Abyss”, entitas purba yang berusaha menelan semua cahaya dan kehidupan.
Bayangan Abyss tidak memiliki bentuk fisik, melainkan merasuki makhluk-makhluk lautan dan memanipulasi energi mereka untuk menciptakan kekacauan. Kraken yang dirusak hanyalah salah satu korbannya. Arga menyadari bahwa ia tidak hanya melawan makhluk, tetapi melawan kekuatan yang lebih besar, kekuatan yang berusaha menghancurkan keseimbangan yang telah dijaga selama ribuan tahun.
Gulungan-gulungan itu juga memberikan petunjuk tentang cara melawan Bayangan Abyss. Dikatakan bahwa kekuatan Bayangan Abyss melemah di hadapan “Cahaya Purba”, energi murni yang berasal dari sumber kehidupan lautan. Jantung Lautan adalah salah satu manifestasi dari Cahaya Purba, tetapi ada sumber lain yang tersebar di seluruh lautan.
Arga memahami bahwa misinya adalah menemukan sumber-sumber Cahaya Purba ini dan menggunakannya untuk mengusir Bayangan Abyss. Namun, tugas ini terlalu besar untuk dilakukan sendirian. Ia membutuhkan sekutu.
Saat Arga merenungkan langkah selanjutnya, ia merasakan kehadiran lain di luar kuil. Itu bukan kehadiran yang mengancam, melainkan sesuatu yang penasaran. Arga keluar dari kuil dan melihat seekor lumba-lumba yang berenang di dekatnya. Lumba-lumba itu tidak seperti lumba-lumba biasa; ia memiliki tanda-tanda aneh di kulitnya yang bersinar redup.
Lumba-lumba itu mendekat dan berbicara kepada Arga, bukan dengan suara, tetapi melalui telepati, mengirimkan pikiran dan gambar langsung ke benak Arga. “Penjaga lautan,” kata lumba-lumba itu, “Kami telah mengamati perjuanganmu. Kami adalah penjaga dari Cahaya Purba, dan kami merasakan kehadiran Bayangan Abyss. Kamu tidak sendirian.”
Arga terkejut. Ia tidak tahu bahwa ada makhluk lain yang memiliki kesadaran dan kekuatan seperti ini. “Siapa kamu?” tanya Arga melalui pikirannya.
“Kami adalah Para Penjaga Cahaya,” jawab lumba-lumba itu. “Kami adalah keturunan dari makhluk-makhluk purba yang menjaga sumber-sumber Cahaya Purba. Kami telah menunggu seseorang sepertimu, seseorang yang memiliki ikatan kuat dengan lautan dan bersedia melawan kegelapan.”
Lumba-lumba itu menjelaskan bahwa ada beberapa sumber Cahaya Purba yang tersebar di berbagai lokasi di lautan. Masing-masing sumber dijaga oleh komunitas Para Penjaga Cahaya yang berbeda, seperti lumba-lumba, penyu raksasa, dan bahkan beberapa jenis ikan langka. Bayangan Abyss berusaha merusak sumber-sumber ini untuk memperkuat dirinya.
“Kami telah berjuang melawan Bayangan Abyss sendirian selama beberapa waktu, tetapi kekuatan mereka semakin besar,” kata lumba-lumba itu. “Kami membutuhkan bantuanmu, Arga. Dengan Jantung Lautan di sisimu dan kekuatanmu sebagai penjaga lautan, kita bisa mengusir kegelapan ini.”
Arga merasa lega. Ia tidak lagi sendirian dalam perjuangan ini. Ia memiliki sekutu yang kuat dan berpengetahuan luas. “Saya menerima bantuan Anda, Para Penjaga Cahaya,” kata Arga. “Bersama-sama, kita akan mengusir Bayangan Abyss.”
Lumba-lumba itu mengangguk. “Baiklah. Sumber Cahaya Purba terdekat berada di ‘Terumbu Karang Bersinar’, di mana komunitas penyu raksasa menjaganya. Kami merasakan bahwa Bayangan Abyss mulai merusak terumbu karang itu. Kita harus bergegas.”
Dengan petunjuk dari lumba-lumba, Arga dan Para Penjaga Cahaya berenang menuju Terumbu Karang Bersinar. Perjalanan ini membawa mereka melalui perairan yang indah namun juga berbahaya. Mereka harus menghindari area yang dipenuhi dengan makhluk yang telah dirusak oleh Bayangan Abyss, yang bertindak agresif dan tanpa akal sehat.
Ketika mereka tiba di Terumbu Karang Bersinar, pemandangan di depan mereka sangat menyedihkan. Terumbu karang yang seharusnya berwarna-warni dan penuh kehidupan kini terlihat pucat dan mati. Beberapa penyu raksasa terlihat sakit, diselimuti oleh aura gelap yang samar.
Para Penjaga Cahaya yang berenang bersama Arga merasakan kesedihan dan kemarahan. “Mereka telah merusak tempat ini,” kata lumba-lumba itu. “Kita harus mengusir Bayangan Abyss dari sini dan memulihkan Cahaya Purba.”
Arga dan Para Penjaga Cahaya mulai bekerja. Arga menggunakan energinya dari Jantung Lautan untuk menyembuhkan penyu-penyu raksasa yang sakit dan membersihkan aura gelap dari terumbu karang. Para Penjaga Cahaya lainnya menggunakan kekuatan Cahaya Purba yang mereka miliki untuk mengusir Bayangan Abyss yang bersembunyi di dalam terumbu karang.
Proses ini tidak mudah. Bayangan Abyss melawan dengan kekuatan yang licik, mencoba merasuki Arga dan sekutunya. Arga harus tetap fokus, menggunakan tekadnya dan kemurnian hatinya untuk menolak pengaruh kegelapan.
Setelah perjuangan yang panjang, mereka akhirnya berhasil. Aura gelap menghilang dari terumbu karang, dan warnanya perlahan kembali. Penyu-penyu raksasa terlihat lebih sehat, dan mereka menyambut Arga dan Para Penjaga Cahaya dengan rasa syukur.
Namun, mereka tahu bahwa ini hanyalah pertempuran kecil dalam perang yang lebih besar. Bayangan Abyss masih ada, dan mereka harus menemukan sumber-sumber Cahaya Purba lainnya sebelum kegelapan menyebar lebih jauh.
Dengan sekutu baru di sisinya dan pemahaman yang lebih dalam tentang ancaman yang mereka hadapi, Arga bersiap untuk petualangan berikutnya. Ia tahu bahwa jalan di depannya akan sulit, tetapi dengan Cahaya Purba sebagai panduan dan Para Penjaga Cahaya sebagai sekutu, ia memiliki harapan untuk memulihkan keseimbangan lautan.