NLS-4: PERTEMUAN DENGAN RATU OMBAK

Setelah mengungkap janji baru bersama Serigala Pasir, Arga melangkah keluar dari Gua Kegelapan. Cahaya bulan memantulkan sinar lembut di atas lautan, menciptakan pandangan yang mempesona dan membangkitkan harapan di dalam hatinya. Dengan dua pedang pusaka yang kini ia miliki, ia merasa lebih kuat dan yakin untuk melanjutkan perjalanan menuju Ratu Ombak.

Pantai di depan Arga tenang, namun gelombang di kejauhan mulai berdebur lebih keras, seolah menyambut kedatangannya. Bima dan Serigala Pasir telah memberi tahu tentang Ratu Ombak, seorang sosok yang anggun dan berkuasa, yang menjaga keseimbangan laut. Namun, Arga juga mendengar bisikan tentang sifatnya yang dapat berubah; ia bisa bersifat baik atau kejam tergantung pada bagaimana ia diperlakukan.

“Semoga ia ramah padaku,” kata Arga dalam hati sambil menatap lautan yang berkilauan. Ia mulai mengayuh perahu kecilnya, mengikuti arah angin yang semakin kencang, menuju selatan di mana Ratu Ombak diyakini tinggal.

Setelah beberapa jam berlayar, mistik lautan mulai muncul. Di pulau yang dikelilingi ombak yang berputar, Arga melihat sosok megah yang berenang di antara gelombang — Ratu Ombak, dengan rambut hitam legam yang memanjang dan berkilau seperti gelombang lautan. Ia menghadapi Arga dengan sorot mata tajam dan menantang.

“Siapa yang berani masuk ke wilayahku?” suara Ratu Ombak bergaung, mengalir seperti air, namun tegas dan tak terbantahkan.

“Aku Arga, seorang pendekar silat yang datang untuk berunding denganmu. Aku ingin melindungi lautan dan menjaga keseimbangan yang telah kau pertahankan,” jawab Arga, berusaha menampilkan ketenangan di depan sosok yang penuh aura kekuatan itu.

“Banyak telah mencoba mendekatiku dengan embel-embel tujuan mulia. Namun, sedikit yang tetap menepati janji. Kenapa aku harus mempercayaimu?” Ratu Ombak menantang, bereaksi dengan sinisme yang jelas.

Arga mengagumi kecantikan dan kekuatan Ratu Ombak, tetapi ia tetap fokus pada misinya. “Aku telah mengalahkan Bima dan Serigala Pasir untuk mencapai tujuan ini. Aku berjanji tidak akan menghianati lautan dan semua makhluknya!”

Ratu Ombak menilai Arga dengan tatapan tajam. “Ujianku jauh lebih sulit daripada sekadar pertarungan melawan makhluk lain. Kau harus melalui Ujian Lautan. Jika kau berhasil, aku akan mempercayaimu dan membantumu. Jika tidak, kau akan menjadi bagian dari lautan selamanya.”

Sebelum Arga dapat merespons, gelombang besar muncul di depan, berputar menjadi pusaran air yang mendalam. “Siapkan dirimu!” teriak Ratu Ombak, sebelum ia meluncur ke dalam pusaran dan menghilang dari pandangan.

Dalam sekejap, Arga merasakan gelombang hebat menyeretnya ke dalam pusaran. Ia harus mengandalkan semua kemampuannya untuk bertahan. Dengan keberanian, ia membentuk postur silatnya dan mencoba untuk mengendalikan arus yang menggoda itu.

Di dalam pusaran, Arga melihat gambaran masa lalu lautan yang penuh kehidupan. Dia menyaksikan kehidupan yang indah, tetapi juga kerusakan dan penderitaan yang ditimbulkan oleh perbuatan manusia. Dia merasakan kesedihan dan harapan dari kedalaman laut. Dengan semangat yang berkobar, Arga berteriak, “Aku akan melindungi semuanya! Aku akan berjuang!”

Dengan semangat itu, Arga berputar dan melawan aliran air, bergerak dengan ketepatan dan kelincahan. Ia menggunakan teknik “Dalam Aliran” yang diajarkan oleh kakeknya, mengubah arus menjadi keuntungannya. Ia menciptakan gelombang energi yang menghantam pusaran yang berupaya menghancurkannya.

Setelah perjuangan yang melelahkan, Arga akhirnya berhasil keluar dari pusaran, terbatuk-batuk tetapi dengan wajah penuh tekad. Dia melayang ke permukaan laut dan menghadap Ratu Ombak, yang muncul kembali di hadapannya.

“Cukup mengesankan,” Ratu Ombak mengakui, memperlihatkan senyumnya yang mempesona. “Namun, ujianku belum selesai. Aku akan mengujimu dengan pilihan. Tunjukkan kepada aku seberapa besar hatimu!”

Dari dalam laut, muncul dua makhluk — satu berbentuk ikan cantik yang terluka di ekornya dan satu lagi berlokasi di dekat puing-puing kapal yang hancur. Dalam sekejap, Arga harus memilih untuk menolong siapa.

Ratu Ombak melihat dengan tajam, menunggu jawabannya. Arga merasakan tekanan di jantungnya. “Keduanya sama pentingnya!” serunya. Namun, saat itu juga, ia teringat akan janji untuk melindungi semua makhluk laut.

“Pendekatan yang tepat, Arga,” kata Ratu Ombak, penuh pujian. “Mimpimu bukan hanya tentang kekuatan, tetapi tentang pengorbanan. Baiklah, kau telah berhasil melewati ujianku.”

Dengan anggun, Ratu Ombak melambai, dan dalam sekejap, gelombang membawakan pedang pusaka yang luar biasa, terbuat dari karang berkilau dan dihiasi dengan biji-bijian laut. “Ambil ini, Arga. Bersama dengan dua pedang pusaka yang kau miliki, jadilah penjaga lautan yang dimaksud.”

Arga menerima pedang dengan rasa syukur yang mendalam. “Terima kasih, Ratu Ombak. Aku akan menjalankan janjiku.”

Dengan semangat yang lebih kuat, Arga menatap laut terbuka di depannya. Dia tahu bahwa perjalanan ini belum selesai. Legenda Ratu Ombak akan mengikutinya sebagai sekutu, dan tantangan berikutnya menanti — menjaga kerahasiaan dan keseimbangan lautan dari ancaman baru.

Dengan keteguhan hati, Arga melanjutkan langkahnya ke arah utara, berbagi harapan untuk melindungi dunia yang indah ini, sementara Ratu Ombak mengawasi dari kedalaman, siap membantu jika diperlukan.