NASI BUNGKUS UNTUK PAK UDIN

(Tema: Cinta Tanah Air & Sila ke-2: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab)

Tiap pagi, Dani lewat di depan warung kecil di ujung gang. Di samping warung itu, duduklah Pak Udin, seorang pemulung tua. Wajahnya ramah, tapi pakaiannya kusam. Kadang ia duduk sambil mengelus perutnya yang kosong.

Dani sering penasaran, tapi tak pernah berani menyapa. Sampai suatu hari, Dani melihat Pak Udin memungut sisa nasi dari tempat sampah.

Dani tercekat. “Kenapa nggak beli aja ya? Apa dia nggak punya uang?”

Sejak hari itu, Dani tak bisa tidur tenang. Ia lalu punya ide. Setiap pagi, Dani minta izin pada Ibu untuk membawa satu bungkus nasi lebih.

“Nak, itu buat siapa?” tanya Ibu.

“Buat temanku di ujung gang, Bu. Namanya Pak Udin.”

Ibu tersenyum dan menambahkan sepotong tempe ke dalam bungkus nasi itu.

Besoknya, Dani mendekat pelan-pelan ke Pak Udin. “Pak, ini ada nasi bungkus. Boleh buat Bapak?”

Pak Udin kaget. “Wah, ini buat saya? Terima kasih, Nak…”

Sejak saat itu, Dani rutin membawakan nasi setiap pagi. Ia tidak pernah minta apa-apa sebagai balasan.

Beberapa teman Dani sempat menertawakannya. “Ngapain sih, Dan? Buang-buang nasi aja!”

Tapi Dani tak marah. Ia hanya menjawab, “Aku cuma pengin bantu. Kata Bu Guru, kemanusiaan itu tentang saling menghargai dan menolong, bukan menghina.”

Suatu hari, Bu Rina, guru kelas Dani, mengumumkan lomba esai tentang pengamalan Pancasila.

Dani menulis tentang Pak Udin. Ia tulis semua: tentang nasi bungkus, tentang rasa iba, dan tentang bagaimana ia belajar menjadi manusia yang beradab.

Esainya menang juara pertama.

Di panggung, Dani hanya bilang, “Aku cuma ingin Pak Udin tahu, bahwa masih ada orang yang peduli.”

Beberapa hari kemudian, Dani melihat Pak Udin sudah tak lagi duduk di jalanan. Rupanya, warga kampung telah patungan menyewa kamar kecil dan memberi pekerjaan ringan untuknya.

Dani tersenyum. Ternyata, satu nasi bungkus bisa memulai perubahan besar.


Tag: cerita anak, cinta tanah air, Pancasila, kemanusiaan yang adil dan beradab, empati, anak SD, nilai sosial, pendidikan karakter, kisah inspiratif