Yono telah belajar banyak dari perjalanan mimpinya, dari pentingnya memberi cinta dalam tindakan kecil hingga berkontribusi untuk orang lain. Namun, sebuah pertanyaan baru muncul di hatinya: Bagaimana dengan masa depan? Apakah masa depanku sudah ditentukan, ataukah aku memiliki kendali atasnya?
Malam itu, dalam tidur lelapnya, Yono mendapati dirinya berada di tengah-tengah sebuah gedung yang penuh dengan dokumen, tinta, dan lilin. Seorang pria tinggi dengan jenggot khas sedang duduk di meja kayu besar, menulis sesuatu dengan pena bulu. Pria itu tampak memancarkan wibawa yang sederhana namun kuat.
Yono mengenal sosok itu dari gambarnya di buku sejarah. “Anda… Anda Abraham Lincoln!” serunya dengan kagum.
Pria itu menatap Yono dan tersenyum hangat. “Benar, itulah nama yang diberikan kepadaku. Dan kau adalah tamu yang sangat istimewa malam ini. Apa yang membuatmu datang ke sini, anak muda?”
Yono mendekat perlahan, hatinya penuh rasa hormat. “Saya ingin tahu tentang masa depan saya. Apakah itu sudah ditentukan? Atau saya memiliki kendali atasnya?”
Lincoln meletakkan penanya dan menghadap Yono sepenuhnya. “Ah, pertanyaan yang setiap orang tanyakan pada dirinya sendiri di beberapa titik dalam hidup mereka. Dengarkan aku, Yono: The best way to predict your future is to create it.”
Yono memiringkan kepalanya, mencoba memahami. “Maksud Anda, saya yang menentukan masa depan saya?”
Lincoln mengangguk. “Betul sekali. Masa depanmu tidak akan terjadi begitu saja. Masa depan adalah hasil dari tindakanmu hari ini. Jika kau ingin tahu seperti apa hidupmu nanti, lihatlah apa yang kau lakukan sekarang. Apa yang kau tanam hari ini adalah apa yang akan kau panen di masa depan.”
“Tapi bagaimana saya tahu apa yang harus saya lakukan?” tanya Yono, sedikit ragu.
Lincoln berdiri dan berjalan mendekati jendela, melihat ke luar seolah-olah sedang berbicara kepada dunia. “Yono, masa depan adalah medan yang kosong, dan kau adalah pelukisnya. Mulailah dengan impianmu. Gambarkan dengan jelas seperti apa masa depan yang kau inginkan. Setelah itu, buat rencana. Dan yang terpenting, bertindaklah dengan konsisten.”
Ia menoleh kembali kepada Yono. “Jangan menunggu orang lain untuk membangun masa depanmu. Jangan berharap keberuntungan datang mengetuk pintu. Kau harus bekerja untuk itu. Setiap langkah kecil yang kau ambil hari ini, setiap keputusan yang kau buat, membentuk jalan yang akan kau lalui nanti.”
Yono mengangguk, mulai memahami kekuatan yang ia miliki atas masa depannya. “Tapi bagaimana jika saya membuat kesalahan?”
Lincoln tersenyum lembut. “Kesalahan adalah bagian dari perjalanan, Yono. Bahkan aku telah membuat banyak kesalahan. Namun, jangan biarkan kesalahan itu menghentikanmu. Belajarlah darinya, perbaiki jalanmu, dan lanjutkan perjalanan. Ingat, masa depan bukanlah tentang tidak pernah jatuh, tetapi tentang selalu bangkit.”
Yono terdiam, merenungi kata-kata itu. Ia menyadari bahwa masa depan tidak datang dari ramalan atau kebetulan. Masa depan adalah hasil dari kerja keras, keberanian, dan keputusan yang ia buat saat ini.
Lincoln menepuk bahu Yono. “Pergilah, anak muda. Mulailah menciptakan masa depanmu, satu langkah kecil pada satu waktu. Dan ketika kau melihat ke belakang suatu hari nanti, kau akan tahu bahwa masa depan yang kau miliki adalah hasil dari tanganmu sendiri.”
Ketika Yono terbangun dari mimpi itu, ia merasa penuh semangat dan harapan. Ia tidak lagi takut pada masa depan, karena ia tahu bahwa ia memiliki kendali atasnya. Dengan keyakinan baru, ia memutuskan untuk mulai membangun masa depannya dengan tekad dan tindakan nyata.