MENANGKAP KUPU DI TAMAN WILADATIKA

Pagi mulai menjelang dengan sinar matahari yang cerah menyapa mereka, membuat suasana di sekitar lokasi perkemahan terasa hangat dan menyenangkan. Setelah membongkar tenda dan merapikan barang-barang mereka, Lina dan keluarganya memutuskan untuk sarapan di pasar terdekat.

Di pasar, berbagai aroma makanan menggoda selera. Mereka menemukan warung yang menjual nasi goreng, mie goreng, dan juga jajanan tradisional seperti ketan isi dan rujak. Lina memilih nasi goreng dengan telur mata sapi, sementara ibunya memesan mie goreng yang segar. Dani, dengan mata berbinar, meminta porsi rujak yang penuh dengan buah-buahan segar.

“Sambil sarapan, kita bisa menikmati suasana pasar yang ramai ini!” ujar Ayah, sambil tersenyum melihat kepuasan anak-anaknya.

Setelah menyantap sarapan yang lezat, mereka membeli sedikit camilan untuk dibawa dalam perjalanan ke taman bunga Wiladatika. Dengan perut yang kenyang dan semangat yang membara, mereka berangkat menuju taman yang terkenal dengan keindahan aneka bunga dan pemandangan asri.

Sesampainya di taman bunga Wiladatika, mereka langsung disambut dengan warna-warni bunga yang bermekaran. Aroma harum bunga-bunga dan suasana asri taman langsung menghilangkan keletihan dari perjalanan mereka. Lina dan Dani berlari-lari kecil ke arah kebun bunga, sambil tertawa gembira.

“Ayo kita ambil foto di sini!” seru Lina, menunjuk area kebun bunga mawar yang indah. Ibunya mengeluarkan kamera dan mulai mengabadikan momen bahagia mereka di tengah kebun bunga yang segar.

Setelah menghabiskan waktu berkeliling dan berfoto, mereka menjelajahi setiap sudut taman. Lina sangat tertarik melihat berbagai jenis bunga yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Dia bahkan mencatat nama-nama bunga favoritnya, seperti anggrek dan melati.

Mereka juga mendapatkan kesempatan untuk memberi makan ikan koi di kolam yang ada di taman. Dani sangat senang saat melihat ikan koi yang berwarna-warni berenang lincah mendekati mereka, sambil berebut makanan yang mereka lemparkan.

Di tengah taman, mereka menemukan tempat duduk di bawah pohon rindang untuk beristirahat. Sambil menikmati camilan yang mereka beli di pasar, mereka bercakap-cakap tentang hal-hal seru yang mereka alami selama berkemah semalam dan merencanakan petualangan selanjutnya.

“Bagaimana kalau kita kembali lagi ke sini dan mencoba berkemah di taman bunga?” usul Dani dengan semangat.

“Ide bagus! Tapi kita harus berkemah di lokasi yang lebih dekat dengan toilet,” jawab Lina sambil tertawa.

Setelah puas berkeliling dan menikmati keindahan taman bunga Wiladatika, Lina dan Dani merasa penasaran dengan berbagai jenis kupu-kupu yang beterbangan di antara bunga-bunga. Warna-warna cerah mereka sangat menarik perhatian, dan Lina berbisik kepada Dani, “Ayo, kita tangkap kupu-kupu!”

Dani, yang selalu semangat menghadapi petualangan, langsung mengangguk setuju. Mereka berdua mulai berkeliling taman, memperhatikan dengan seksama kupu-kupu yang indah itu. Lina mengingat bagaimana dia pernah membaca bahwa kupu-kupu sangat lembut dan sebaiknya tidak dirugikan.

“Kalau kita ingin menangkapnya, kita harus hati-hati,” kata Lina, sambil mengedarkan pandangannya mencari kupu-kupu yang hinggap di bunga terdekat.

Akhirnya, mereka melihat seekor kupu-kupu kuning berukuran sedang yang duduk dengan tenang di atas bunga marigold. “Lihat! Itu dia!” seru Dani sambil menunjuk. Mereka berdua merapat dengan pelan. Lina mengulurkan tangannya dan, dengan sabar, menunggu saat yang tepat.

Ketika kupu-kupu itu mulai bergerak ke arah bunga lain, Lina dan Dani terus mengikutinya. Dengan langkah yang hati-hati, mereka bergerak agar tidak mengejutkan si kupu-kupu. Akhirnya, saat kupu-kupu itu berhenti sejenak di atas daun, Lina cepat-cepat menggunakan kedua tangannya untuk menangkapnya dengan lembut.

“Dapat!” teriak Dani dengan penuh sukacita. Namun, Lina segera mengingatkan, “Hati-hati, Dani! Kita harus menjaga agar kupu-kupu ini tidak terluka.”

Mereka berdua sangat gembira sambil melihat kupu-kupu yang terperangkap di dalam telapak tangan Lina. Dengan lembut, mereka memindahkannya ke dalam sebuah kotak kecil yang sebelumnya mereka bawa untuk menyimpan makanan.

“Mari kita lihat lebih dekat!” kata Dani, sambil menatap dengan penuh rasa ingin tahu. Mereka membuka kotak tersebut dengan perlahan agar kupu-kupu tidak merasa tertekan.

Kupu-kupu itu, dengan sayap kuning dan hitam yang cantik, tampak kebingungan saat menemukan dirinya dalam kotak. Lina dan Dani mengagumi keindahan sayapnya dan bergerak dengan sangat hati-hati agar tidak mengganggu kupu-kupu itu.

“Melihatnya dari dekat sangat menarik!” ucap Dani. “Kita harus segera melepaskannya agar dia bisa terbang lagi.”

Lina setuju. Mereka berjalan ke area sepi di taman, di mana ada banyak bunga yang menunggu. Dengan lembut, Lina membuka kotak itu dan menunggu kupu-kupu keluar. “Ayo, kita lepas sekarang,” bisiknya penuh harapan.

Dengan perlahan, kupu-kupu itu terbang keluar dari kotak, mengembangkan sayapnya, dan dengan cepat meluncur ke arah bunga-bunga yang indah. Lina dan Dani menyaksikan dengan bahagia saat kupu-kupu itu berhenti di atas bunga lainnya, seolah mengucapkan terima kasih sebelum terbang pergi.

“Wow, itu luar biasa! Kita berhasil menangkap dan melepaskannya dengan aman,” kata Dani bersemangat.

“Ya, dan kita juga belajar untuk menghargai keindahan alam,” jawab Lina sambil tersenyum. Mereka berdua berpegangan tangan dan melanjutkan eksplorasi taman, berbagi cerita dan merencanakan lebih banyak petualangan di hari yang cerah itu. Moment menangkap kupu-kupu itu akan menjadi memori tak terlupakan dalam perjalanan mereka, menambah warna dan kebahagiaan dalam petualangan keluarga yang luar biasa.

Hari itu berputar dengan penuh keceriaan dan kebersamaan. Mereka menikmati keindahan alam, saling bercanda, dan mengenang momen-momen indah yang telah mereka lalui. Ketika akhirnya mereka harus pulang, hati mereka penuh dengan kehangatan dan rasa syukur atas petualangan yang luar biasa itu. Malam yang mencekam dan perjalanan pagi yang cerah itu akan menjadi kenangan indah yang tak akan dilupakan.

Sebarkan ke circle Anda