Pada hari Minggu, Jakarta tidak terlalu sibuk. Suasana kota yang biasanya ramai kini terasa lebih tenang, memberi kesempatan bagi warga untuk bersantai sebelum memulai aktivitas kembali. Lina, seorang gadis ceria berusia sepuluh tahun, merasa bersemangat. Hari ini adalah hari spesial baginya karena ia akan naik MRT bersama ayah dan ibunya.
Pagi itu, Lina bangun lebih awal dari biasanya. Ia mengenakan kaos berwarna cerah dan celana jeans favorite-nya. “Ayah, Ibu, aku sudah siap!” teriaknya sambil berlari ke ruang makan, di mana sarapan telah tersaji. Sang ayah, yang sedang menyeduh kopi, tersenyum melihat antusiasme putrinya.
“Tenang, nak. Kita berangkat setelah sarapan,” jawab ibunya sambil mengisi piring dengan nasi goreng dan telur mata sapi. Lina menghabiskan sarapannya dengan cepat karena rasa tidak sabar untuk segera merasakan pengalaman baru menaiki MRT.
Setelah sarapan, keluarga kecil itu berangkat menuju stasiun. Perjalanan mereka ke stasiun terasa menyenangkan. Lina mengamati bangunan-bangunan tinggi Jakarta yang semakin berkurang jumlahnya seiring mendekati stasiun MRT. Sesampainya di sana, mereka disambut oleh antrean penumpang yang tidak terlalu panjang.
“Wow, lihat betapa modernnya stasiun ini!” seru Lina sambil melompat-lompat kegirangan. Ayahnya tersenyum dan menjelaskan, “Iya, MRT ini memudahkan kita untuk bepergian tanpa terjebak macet.”
Setelah membeli tiket, mereka memasuki kereta yang tiba. Lina sangat terpesona dengan interiornya yang bersih dan nyaman. “Kita duduk di sini!” tunjuknya ke sebuah bangku dekat jendela. Ayah dan ibunya setuju, dan selama perjalanan, Lina dengan antusias mengamati pemandangan di luar jendela.
Saat kereta melaju, Lina menemui berbagai wajah baru. Ada yang berbincang-bincang, ada juga yang tenggelam dalam ponselnya. Ia tak berhenti membayangkan cerita-cerita seru di balik setiap wajah itu.
Seiring perjalanan, Lina belajar banyak hal dari ayah dan ibunya. Mereka membicarakan berbagai tempat di Jakarta yang ingin mereka kunjungi, mulai dari museum hingga taman bermain. “Kita bisa naik MRT lagi lain kali untuk pergi ke Monas!” ujar ibunya, menyebabkan Lina lebih bersemangat.
Setelah beberapa stasiun, mereka tiba di tujuan. “Kita sudah sampai!” teriak Lina gembira. Mereka keluar dari kereta dan bersiap untuk menjelajahi tempat baru yang menanti. Hari itu terasa sempurna, dan setiap detik yang Lina habiskan bersama ayah dan ibunya menjadi kenangan berharga yang takkan terlupakan.
Dengan senyuman di wajahnya, Lina berjanji dalam hati, “Ini bukan hanya perjalanan, tetapi juga petualangan yang baru… dan aku tidak sabar untuk melanjutkan petualangan ini lagi!”
—
Setelah petualangan yang menyenangkan di MRT, Lina dan keluarganya melanjutkan perjalanan menuju rumah pamannya yang terletak di Pasar Rebo. Sudah hampir lima tahun mereka tidak bertemu, dan Lina sangat merindukan kehadiran pamannya yang selalu ceria dan penuh semangat. Ia mengingat setiap lelucon yang dibagikan pamannya dan bagaimana mereka pernah bermain bersama di taman.
Perjalanan ke Pasar Rebo terasa cepat. Lina tak sabar untuk melihat wajah pamannya. Dari dalam mobil, ia terus melongok keluar jendela, berharap segera melihat rumah yang dikenalnya. Akhirnya, mereka tiba di depan rumah yang dicat hijau terang dengan pekarangan yang dipenuhi bunga-bunga berwarna-warni.
“Pamanku pasti ada di sini!” seru Lina excited. Ia segera melompat keluar dari mobil, diikuti oleh ayah dan ibunya. Begitu mereka mengetuk pintu, suara langkah kaki terdengar dari dalam rumah dan seketika, pintu terbuka.
“Lina! Keluarga! Ayo masuk!” sambut paman Lina dengan pelukan hangat. Rindu di antara mereka terasa begitu kuat, dan Lina merasa seolah tidak ada jarak waktu yang memisahkan mereka.
Di dalam rumah, suasana penuh dengan tawa dan obrolan. Pamannya menyiapkan makanan yang lezat, kenangan masa lalu hadir kembali saat mereka berkumpul di meja makan. Lina dengan antusias mendengarkan cerita-cerita pamannya tentang hidup dan pengalaman-pengalaman seru yang ia lalui selama ini.
“Rasanya seperti baru kemarin kita bermain petak umpet di belakang rumah!” kata Lina sambil tertawa, mengingat kenangan indah tersebut.
“Ya, dan sekarang kamu sudah besar! Tidak sabar rasanya menunggu petualangan kita selanjutnya,” jawab pamannya, matanya berbinar penuh cinta dan kebanggaan.
Setelah makan, mereka duduk di ruang tamu, bercerita tentang banyak hal. Lina pun menunjukkan foto-foto dari ponselnya, memperlihatkan momen-momen seru yang ia lalui bersama keluarga. Pamannya terpesona, dan mereka tertawa bersama ketika melihat foto-foto konyol.
Hari itu berlalu dengan cepat, penuh kasih sayang dan kebahagiaan. Saat matahari mulai terbenam, Lina merasa bersyukur atas pertemuan ini. Meskipun lima tahun terpisah, cinta keluarga selalu bisa menyatukan mereka kembali.
“Semoga kita tidak perlu menunggu lima tahun lagi untuk bertemu, Pam!” pinta Lina sambil menggenggam tangan pamannya erat.
“Janji! Kita akan sering bertemu dan menciptakan lebih banyak kenangan!” jawab pamannya dengan senyuman.
Saat keluarga Lina bersiap pulang, hati mereka terasa hangat. Keberadaan satu sama lain adalah anugerah yang tak ternilai, dan hari itu menjadi momen yang takkan pernah terlupakan dalam hidup mereka.