BERKEMAH DI CIBUBUR

Malam itu, setelah seharian berpetualang di Ocean Dream Samudera, Lina dan keluarganya melanjutkan rencana mereka dengan berkemah di Cibubur. Mereka tiba di lokasi perkemahan menjelang malam dan segera mendirikan tenda. Suasana di sekitar terasa segar dengan suara alam yang menenangkan.

Setelah tenda selesai didirikan, mereka menyalakan api unggun. Kehangatan dari api unggun memberikan suasana yang nyaman dan magis di malam yang gelap. Lina dan Dani sangat antusias untuk memulai malam seru mereka tanpa listrik, dikelilingi oleh kegelapan yang hanya diterangi oleh cahaya api.

“Ibu, mari kita mulai barbeque!” seru Dani semangat, sambil membawa berbagai bahan makanan seperti sosis, jagung, dan marshmallow.

Lina membantu Dani menyiapkan makanan di atas panggangan. Mereka dengan sabar memanggang sosis dan jagung sambil menunggu makanan matang. Aroma khas dari makanan yang dipanggang membuat perut mereka keroncongan. “Ayo, siapa yang pertama kali bisa menyiapkan marshmallow yang sempurna?” tantang Lina dengan senyuman nakal.

Setelah semua makanan siap, mereka berkumpul di sekitar api unggun, mengantre untuk mengambil porsi masing-masing. Suara keriuhan dan obrolan hangat mengisi malam itu. Mereka menikmati barbeque sambil menghabiskan waktu bersama, bercerita tentang pengalaman lucu dan seru di Ocean Dream Samudera.

“Jadi, tadi aku melihat lumba-lumba itu melompat lebih tinggi daripada ayah saat renang!” canda Dani, membuat semua orang tertawa.

Lina pun memberikan cerita tentang bagaimana dia ingin menjadi peneliti laut dan menemukan ikan baru di laut. “Nanti aku akan menamai ikan baru itu dengan namaku!” katanya sambil tertawa.

Malam semakin larut, tetapi keceriaan mereka tidak memudar. Mereka juga menciptakan permainan sederhana, seperti tebak-tebakan dan berkumpul dalam lingkaran untuk menceritakan pengalaman paling lucu yang pernah dialami. Bintang-bintang yang berkelap-kelip di langit menambah keindahan suasana malam itu.

Ketika waktu berlalu, mereka juga mulai memanggang marshmallow untuk dijadikan s’mores. Lina sangat suka cara marshmallow yang lembut dan manis dipadukan dengan biskuit dan cokelat. Mereka semua bersuka cita, saling berebut marshmallow yang hangus dan sangat enak itu.

Saat api unggun mulai mengecil, dan suara alam semakin terdengar, mereka mengambil saat untuk duduk diam dan menikmati kebersamaan. Di tengah keheningan malam, Lina menatap api unggun yang menyala dengan penuh kekaguman. “Aku sangat bersyukur bisa menghabiskan waktu bersama kalian,” ujarnya tulus.

Akhirnya, menjelang tengah malam, mereka mulai mengantuk dan memutuskan untuk tidur di dalam tenda. Sebelum tertidur, Dani berkata, “Besok kita harus berpetualang lagi!”

“Malam ini adalah salah satu malam terbaik dalam hidupku,” sahut Lina sambil tersenyum, sebelum menutup mata. Keluarga mereka berbaring dalam suasana hangat di dalam tenda, dikelilingi oleh suara alam yang damai, menyimpan kenangan indah di dalam hati mereka.

Dini hari, ketika bintang-bintang masih bersinar di langit, Lina terbangun dengan perutnya yang sudah mulai merasa tidak nyaman. Dia ingin ke kamar kecil, tetapi mengingat mereka sedang berkemah di tengah hutan, dia merasa sedikit ragu. Setelah berpikir sejenak, dia memutuskan untuk membangunkan ibunya.

“Ibu, aku ingin ke kamar kecil,” ucap Lina pelan, berusaha agar tidak membangunkan Dani dan Ayah yang sedang tidur nyenyak.

Ibu Lina tersentak, bingung sejenak karena teringat bahwa mereka hanya berada di tenda dan tidak ada kamar kecil di dekatnya. “Baiklah, kita berjalan ke fasilitas MCK yang ada di luar perkemahan, ya?” jawabnya sembari meraih senter kecil.

Dengan hati-hati, mereka keluar dari tenda dan melangkah menuju MCK yang terletak tidak jauh dari tempat mereka berkemah. Suasana malam masih sangat gelap, dengan hanya cahaya dari senter yang membimbing langkah mereka. Suara dedaunan yang bergesekan dan hewan malam membuat Lina merasa sedikit gelisah, tetapi di sisi lain, dia merasakan petualangan ini juga sangat menarik.

Saat mereka berjalan melewati pepohonan yang rimbun, Lina merasakan angin sejuk menerpa wajahnya. Tiba-tiba, di balik pepohonan, dia melihat sesuatu yang bergerak. Lina dan ibunya berhenti sejenak, tertegun melihat bayangan putih melintas cepat.

“Bu, apa itu?” tanya Lina, sedikit berbisik dan menunjuk ke arah bayangan tersebut.

Ibu Lina mengarahkan senter ke arah bayangan itu, tetapi hanya ada kegelapan dan suara angin yang berbisik. “Mungkin hanya hewan kecil, sayang,” jawabnya berusaha menenangkan. “Kita harus tetap tenang.”

Namun, Lina merasa ketegangan melanda. Mereka melanjutkan langkah meskipun rasa was-was mulai menghampiri. Setiap kali mereka mendengar suara gesekan dedaunan atau langkah di dekat mereka, Lina selalu mengintip ke belakang, khawatir ada makhluk lain yang mengikuti mereka.

Hampir sampai, mereka menempuh jalan setapak menuju fasilitas MCK. Saat tiba di sana, ibu Lina mengingatkan agar Lina cepat-cepat karena suasana malam yang mencekam. Setelah Lina selesai, mereka berdua berdiri sejenak di luar MCK, saat mendengarkan suara malam yang hening.

“Kalau kamu takut, kita bisa berdoa sebentar sebelum kembali,” ujar Ibu, mencoba memberikan rasa aman pada Lina.

Mereka berdua menutup mata sejenak, memanjatkan doa untuk keselamatan dan perlindungan. Setelah itu, sambil menggenggam tangan ibunya, Lina merasa sedikit lebih tenang.

Ketika mereka berbalik untuk kembali ke tenda, Lina masih merasakan sedikit ketidakpastian di dadanya. Namun, dengan senter di tangan, mereka berjalan kembali dengan hati-hati. Meski malam terasa mencekam, Lina menyadari bahwa mereka adalah keluarga, dan mereka bersama-sama menghadapi semua hal yang menakutkan.

Saat mendekati tenda, Lina berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membiarkan ketakutannya menghalangi petualangan dan kenangan indah yang berharga bersama keluarganya. Malam yang mencekam itu menguatkan rasa berani dan keberaniannya untuk tidak takut menghadapi hal yang tak terduga.

Sebarkan ke circle Anda