Yazid bin Muawiyah bin Abu Sufyan adalah seorang khalifah dari Dinasti Umayyah yang memerintah dari tahun 680 hingga 683 M. Ia sering menjadi figur kontroversial dalam sejarah Islam karena berbagai peristiwa yang terjadi selama masa kekuasaannya, terutama terkait dengan kekejaman yang dinisbatkan kepadanya. Berikut adalah beberapa peristiwa yang sering dikaitkan dengan KEKEJAMAN selama kekuasaan Yazid:
1. Tragedi Karbala (680 M)
Tragedi Karbala adalah peristiwa tragis yang terjadi pada tanggal 10 Muharram tahun 61 Hijriah (680 Masehi) di padang Karbala, yang sekarang terletak di Irak. Peristiwa ini adalah salah satu peristiwa paling menyedihkan dalam sejarah Islam, terutama bagi kaum Syiah, karena melibatkan pembantaian cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husain bin Ali, beserta keluarga dan para pengikutnya.
Latar Belakang
Setelah wafatnya Khalifah Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sufyan mendirikan Dinasti Umayyah. Setelah kematian Muawiyah, putranya Yazid bin Muawiyah naik takhta sebagai khalifah. Yazid meminta baiat dari semua umat Islam, termasuk Imam Husain, cucu Nabi Muhammad. Namun, Imam Husain menolak karena ia menganggap Yazid tidak memenuhi kriteria sebagai pemimpin umat Islam, baik dari sisi moral maupun agama.
Penduduk Kufah, yang merasa tidak puas dengan pemerintahan Yazid, mengundang Imam Husain untuk datang dan memimpin mereka melawan kezaliman. Namun, situasi di Kufah berubah setelah pasukan Yazid dipimpin oleh Ubaidullah bin Ziyad berhasil menekan para pendukung Imam Husain. Mereka berkhianat atau dipaksa tunduk kepada Yazid.
Perjalanan ke Karbala
Imam Husain, bersama keluarganya dan sejumlah kecil pengikutnya (sekitar 72 orang), berangkat dari Mekah menuju Kufah. Namun, di tengah perjalanan, mereka dicegat oleh pasukan besar yang dipimpin oleh Umar bin Sa’ad atas perintah Ubaidullah bin Ziyad. Pasukan Imam Husain akhirnya terjebak di padang Karbala, tanpa akses yang memadai ke air dan makanan.
Hari Asyura
Pada tanggal 10 Muharram, terjadi pertempuran yang sangat tidak seimbang. Pasukan Imam Husain yang kecil dan kelelahan harus menghadapi ribuan pasukan Yazid. Satu per satu pengikut Imam Husain gugur, termasuk putranya Ali Akbar, saudaranya Abbas, dan putranya yang masih bayi, Ali Asghar, yang tewas oleh panah ketika sedang digendong Imam Husain untuk meminta air.
Imam Husain sendiri menjadi orang terakhir yang gugur. Tubuhnya yang berlumuran darah diperlakukan dengan keji, dan kepalanya dipenggal. Keluarga Imam Husain yang selamat, termasuk perempuan dan anak-anak, dibawa sebagai tawanan ke Kufah dan kemudian ke Damaskus.
Dampak dan Makna
Tragedi Karbala menjadi simbol perjuangan melawan kezaliman dan penindasan. Dalam tradisi Syiah, peristiwa ini diperingati setiap tahun pada bulan Muharram, khususnya pada hari Asyura, dengan majelis duka (majlis) dan ritual seperti marsya atau latmiya untuk mengenang penderitaan Imam Husain dan para syuhada Karbala.
Bagi umat Islam secara umum, tragedi Karbala mengajarkan nilai keberanian, pengorbanan, dan kesetiaan terhadap prinsip-prinsip kebenaran, meskipun menghadapi risiko besar.
2. Penyerbuan ke Madinah (Perang al-Harrah, 683 M)
Yazid juga dikenang karena mengirim pasukannya untuk menumpas sisa-sisa sahabat di Madinah, kota suci Nabi Muhammad. Penduduk Madinah memberontak karena tidak puas dengan pemerintahan Yazid yang dianggap korup. Pasukan Yazid menyerang kota tersebut dalam peristiwa yang dikenal sebagai Perang al-Harrah. Setelah mengalahkan penduduk Madinah, pasukan Yazid diduga melakukan berbagai tindakan kejam, termasuk pembunuhan, perampokan, dan bahkan pelecehan di dalam kota suci tersebut.
3. Pengepungan Mekah
Yazid juga terlibat dalam serangan terhadap Mekah ketika Abdullah bin Zubair mendeklarasikan dirinya sebagai khalifah yang sah. Dalam upaya menundukkan Abdullah bin Zubair, pasukan Yazid menyerang Mekah, yang mengakibatkan rusaknya Ka’bah karena terkena lemparan proyektil. Yazid meninggal dunia sebelum pengepungan ini selesai, sehingga peristiwa ini menjadi warisan buruk masa kekuasaannya.
4. Gaya Hidup dan Pemerintahan yang Kontroversial
Yazid juga dikenal memiliki gaya hidup yang jauh dari teladan para pemimpin Islam sebelumnya. Ia menjalani hidup mewah, minum minuman keras, dan tidak menunjukkan karakter kepemimpinan Islami yang ideal. Hal ini menjadi alasan tambahan bagi banyak ulama dan umat Islam pada masanya untuk menentangnya.
Penilaian Sejarah
Sikap terhadap Yazid sangat beragam di kalangan umat Islam. Kaum Sunni umumnya mengkritik Yazid tetapi tidak mengutuknya secara eksplisit, sementara kaum Syiah secara tegas memandangnya sebagai simbol penindasan dan kezaliman. Kekejaman Yazid sering menjadi pelajaran dalam sejarah Islam tentang pentingnya keadilan, akhlak pemimpin, dan perjuangan melawan tirani.