AJ-3: Kelompok Minoritas

Hujan deras mengguyur malam Jakarta. Di sebuah warung kecil, MatGaper duduk sambil menikmati secangkir kopi hitam. Ponselnya bergetar di atas meja. Pesan dari Hana Malik, direktur Altis, langsung menarik perhatiannya:

“Lima ilmuwan diculik oleh kelompok paramiliter bernama Vektor Hitam. Mereka ingin memanfaatkan teknologi energi bersih untuk tujuan jahat. Lokasi terakhir: hutan di Sumatera. Penyelamatan prioritas tinggi.”

MatGaper mengangkat alisnya, menyeruput kopi terakhir, lalu bersiap. Misinya kali ini tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga mencegah bencana global.

Setelah perjalanan panjang, MatGaper tiba di lokasi yang disebutkan. Sebuah fasilitas tersembunyi di tengah hutan, dijaga ketat oleh Vektor Hitam. Dari kejauhan, ia melihat patroli bersenjata dan drone kecil mengawasi area.

MatGaper memungut beberapa benda yang ia temukan di jalan: potongan kabel, tutup botol, dan serpihan logam. Dengan alat sederhana itu, dia membuat umpan magnetik yang mengganggu sinyal drone, memaksanya jatuh ke tanah.

Setelah memetakan rute penjagaan, ia menyelinap masuk melalui parit yang tertutup semak.

Di dalam fasilitas, MatGaper menemukan lima ilmuwan terkunci di sebuah ruangan kaca. Mereka terlihat lelah dan ketakutan. Di dekat mereka, terdapat komputer besar yang menyimpan data penelitian penting.

Seorang penjaga bersenjata berdiri tidak jauh dari pintu. MatGaper mengambil beberapa baut dari kantongnya, menggunakan karet gelang dan potongan kayu untuk membuat ketapel darurat. Dengan bidikan presisi, ia melontarkan baut ke arah lampu di atas penjaga. Ketika lampu pecah, penjaga itu kebingungan, memberi MatGaper kesempatan untuk melumpuhkannya dengan tali yang dia bawa.

“Siapa Anda?” tanya Dr. Sari, salah satu ilmuwan.

“Seseorang yang dikirim untuk membawa kalian keluar,” jawab MatGaper sambil membebaskan mereka.

Ketika MatGaper bersiap membawa para ilmuwan keluar, alarm fasilitas berbunyi. Pasukan Vektor Hitam mulai mengepung mereka.

Dengan cepat, MatGaper mengimprovisasi jebakan menggunakan tabung gas kecil, serpihan logam, dan sumbu darurat dari kain robek. Ledakan kecil menciptakan kekacauan, memungkinkan mereka melarikan diri ke arah pintu belakang.

Namun, saat mereka hampir keluar, salah satu ilmuwan, Dr. Miguel, tertembak di kaki. MatGaper menggunakan tali sepatu dan ranting untuk membuat bidai darurat, memastikan Dr. Miguel bisa berjalan.

 Di tepi sungai, mereka menemukan perahu kayu tua. Mesin perahu rusak, tetapi MatGaper menggunakan kawat tembaga dan baterai dari senter untuk memperbaiki starter perahu.

Saat mereka menyusuri sungai, drone bersenjata milik Vektor Hitam mengejar mereka. MatGaper mengambil pipa besi dari dasar perahu, memotongnya menjadi dua, dan menggunakannya untuk membuat ketapel besar yang melontarkan batu ke arah drone, menabrakkannya ke pohon.

Dengan usaha keras, mereka akhirnya mencapai tempat penjemputan Altis, di mana helikopter telah menunggu.

 Di markas Altis, para ilmuwan mengungkapkan rasa terima kasih mereka. Dr. Sari mendekati MatGaper.

“Kau menyelamatkan kami, juga masa depan teknologi ini. Dunia membutuhkan lebih banyak orang sepertimu.”

MatGaper tersenyum kecil. “Aku hanya menjalankan tugas. Tapi pastikan teknologi ini tetap berada di tangan yang benar.”

Saat para ilmuwan beristirahat, MatGaper duduk di sudut ruangan, menikmati secangkir kopi hangat. Ia tahu bahwa petualangannya tidak akan berhenti di sini. Dunia selalu membutuhkan solusi, dan MatGaper selalu siap menciptakannya.

Sebarkan ke circle Anda