Pada zaman dahulu kala, di tanah Jawa, hiduplah seorang putri cantik jelita bernama Roro Jonggrang. Ia adalah putri dari Prabu Boko, seorang raja yang berkuasa di kerajaan besar. Kecantikan Roro Jonggrang terkenal hingga ke berbagai penjuru negeri. Banyak pangeran dan pemuda dari kerajaan lain datang melamar, namun sang putri selalu menolak dengan berbagai alasan.
Suatu hari, datanglah seorang pangeran sakti bernama Bandung Bondowoso. Ia adalah seorang ksatria kuat yang memiliki ilmu gaib dan pasukan jin yang setia kepadanya. Bandung Bondowoso berhasil menaklukkan Kerajaan Prabu Boko dalam sebuah peperangan. Melihat kecantikan Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso pun jatuh cinta pada pandangan pertama dan segera menyatakan niatnya untuk menikahi sang putri.
Namun, Roro Jonggrang yang membenci Bandung Bondowoso karena telah mengalahkan ayahnya tidak rela menikah dengannya. Meski demikian, ia tahu bahwa ia tidak bisa menolak secara langsung, karena Bandung Bondowoso sangat sakti. Maka Roro Jonggrang pun berpikir keras dan menemukan siasat untuk menggagalkan keinginan Bandung Bondowoso.
“Baiklah, aku mau menikah denganmu,” kata Roro Jonggrang akhirnya, dengan suara lembut.
Bandung Bondowoso tersenyum bahagia, namun Roro Jonggrang melanjutkan, “Tapi dengan satu syarat. Kau harus membangun seribu candi untukku dalam waktu satu malam. Jika kau berhasil, aku akan menjadi istrimu.”
Bandung Bondowoso mengernyitkan dahi, tetapi dengan penuh keyakinan ia menjawab, “Hanya itu syaratnya? Baiklah! Aku akan memenuhi permintaanmu. Seribu candi dalam satu malam bukanlah hal yang mustahil bagiku!”
Dalam hati, Roro Jonggrang tersenyum licik. Ia yakin, meskipun Bandung Bondowoso sakti, membangun seribu candi dalam satu malam adalah pekerjaan yang mustahil.
Malam pun tiba. Bandung Bondowoso segera memanggil pasukan jin yang setia kepadanya. Dengan suara lantang, ia memberikan perintah, “Wahai pasukan jin, bangunlah seribu candi untukku sebelum fajar menyingsing!”
Pasukan jin yang dipimpin oleh makhluk-makhluk gaib berwujud besar dan menyeramkan segera bekerja. Dalam sekejap mata, batu-batu besar terbang diangkut dari berbagai penjuru, disusun dengan rapi, dan satu per satu candi mulai berdiri.
Roro Jonggrang yang mengintip dari balik jendela mulai cemas. “Astaga! Bagaimana mungkin ia bisa membangun candi secepat itu? Jika begini, aku pasti akan menikah dengannya!”
Waktu terus berlalu. Menjelang tengah malam, sembilan ratus candi sudah berdiri dengan megah. Pasukan jin bekerja tanpa henti, hanya tinggal satu candi lagi untuk mencapai seribu candi.
Melihat hal itu, Roro Jonggrang ketakutan. Dengan cepat, ia memanggil para dayang-dayang dan penduduk istana. “Cepat! Kumpulkan jerami, bakar api, dan tumbuk lesung sekeras-kerasnya!” perintah Roro Jonggrang.
Penduduk yang kebingungan mengikuti perintah sang putri. Jerami dibakar hingga api berkobar tinggi, menciptakan cahaya yang menyerupai fajar. Para dayang menumbuk lesung bertalu-talu, meniru suara ayam yang berkokok.
“Kukuruyuuuuuk!”
Suara kokokan ayam terdengar bersahut-sahutan di tengah kegelapan malam. Pasukan jin yang mendengar suara itu terkejut. Mereka mengira hari sudah pagi dan fajar telah menyingsing. Karena takut terkena sinar matahari, para jin pun berlari tunggang langgang meninggalkan pekerjaan mereka, meskipun satu candi lagi belum selesai.
Bandung Bondowoso yang menyadari siasat ini merasa marah dan kecewa. Dengan langkah cepat, ia mendatangi Roro Jonggrang yang berpura-pura tidak tahu menahu tentang apa yang terjadi.
“Roro Jonggrang!” teriak Bandung Bondowoso. “Kau telah mempermainkanku! Kau menipuku dengan tipu muslihat!”
Roro Jonggrang tetap berpura-pura tidak tahu, namun Bandung Bondowoso yang sudah sangat marah mengangkat tangannya dan mengucapkan kutukan.
“Roro Jonggrang, karena kelicikanmu, kau akan melengkapi candi yang ke-seribu. Kau akan menjadi batu, berdiri selamanya di antara candi-candi ini!”
Seketika itu juga, tubuh Roro Jonggrang berubah menjadi patung batu. Ia berdiri kaku dan membeku di salah satu candi, melengkapi candi ke-seribu yang belum selesai.
Bandung Bondowoso pergi dengan penuh amarah, meninggalkan candi-candi megah yang kini dikenal sebagai Candi Prambanan.
Hingga saat ini, Candi Prambanan tetap berdiri megah di tanah Jawa sebagai simbol legenda cinta yang penuh muslihat dan kutukan. Patung batu Roro Jonggrang masih bisa ditemukan di salah satu candi utama, dipercaya sebagai sosok sang putri yang dikutuk menjadi batu.
Cerita ini diwariskan dari generasi ke generasi sebagai pengingat tentang kejujuran dan akibat dari sebuah kelicikan. Candi Prambanan pun kini menjadi salah satu keajaiban arsitektur dunia yang penuh dengan cerita misteri dan keindahan.