MEMANCING IKAN LELE

Di sebuah desa yang damai, hiduplah seorang anak lelaki bernama Budi. Budi adalah anak yang ceria dan penuh semangat. Setiap pagi, setelah menyelesaikan tugas sekolah, ia selalu bergegas menuju kolam ikan lele milik ayahnya yang terletak di belakang rumah. Baginya, memberi pakan ikan lele adalah kegiatan yang paling menyenangkan.

Budi sangat menyukai ikan lele. Dengan tubuhnya yang ramping dan warna gelap, ikan-ikan itu tampak sangat lincah saat berenang. Ia suka memperhatikan cara ikan lele mengangkat kepala mereka ketika Budi menaburkan pakan. Suara gemericik air dan percikan-percikan kecil saat ikan-ikan itu berebut makanan membuat Budi tertawa bahagia.

Setiap pagi, Budi membawa ember kecil penuh pakan ikan. “Ayo, lele! Waktunya makan!” serunya dengan gembira. Ia kemudian menaburkan pakan ke air. Sejumlah ikan lele langsung mendekat, memenuhi permukaan kolam dengan mulut mereka yang terbuka lebar, siap melahap makanan.

Suatu hari, saat memberi pakan, Budi melihat seekor ikan lele yang lebih besar dari yang lain. Ikan itu tampak berbeda, dengan tubuh yang lebih gemuk dan warna yang lebih terang. Budi penasaran. Ia memberi nama ikan itu “Si Gede”.

Setiap hari, Budi selalu menyempatkan diri untuk memberi pakan Si Gede. Ia memperhatikan bagaimana ikan itu menjadi semakin besar dan semakin percaya diri. Budi merasa seperti memiliki sahabat baru. Ia sering bercerita kepada Si Gede tentang harapannya, impiannya, dan bahkan tentang sekolah.

Suatu ketika, ada kabar di desa bahwa akan diadakan lomba memancing ikan lele. Budi sangat ingin mengikuti lomba itu, tetapi ia bingung karena ia tidak memiliki umpan yang tepat. Ia pun pergi ke pasar untuk mencari informasi. Di sana, ia bertemu seorang nelayan tua yang memberinya beberapa tips dan trik.

Dengan semangat baru, Budi kembali ke kolam. Ia berlatih memancing dengan hati-hati, berharap bisa menang dalam perlombaan. Namun, di saat-saat terakhir, rasa cemas menghampirinya. Ia tidak ingin melukai Si Gede, sahabatnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk tidak memancing Si Gede dan mencari ikan lele lainnya di kolam yang berbeda.

Hari lomba pun tiba. Budi datang dengan perasaan campur aduk. Saat perlombaan dimulai, ia memancing dengan penuh hati-hati, mengingat semua nasihat dari nelayan tua. Ia berhasil menangkap beberapa ikan lele, tetapi ia tidak menangkap Si Gede. Meskipun ia tidak meraih juara pertama, Budi merasa bahagia dan bersyukur atas pengalaman itu.

Sesampainya di rumah, Budi langsung menuju kolam dan memberikan pakan kepada Si Gede. “Aku tidak menang, tapi aku tidak ingin melukai sahabatku,” katanya seraya tertawa. Si Gede tampak senang karena Budi kembali.

Sejak saat itu, Budi mengerti bahwa kadang-kadang hal yang paling berharga bukanlah kemenangan, melainkan hubungan yang kita bangun dengan orang atau makhluk di sekitar kita. Budi pun terus memberi pakan ikan lele setiap hari, menikmati kebahagiaan sederhana dari sahabatnya yang berwarna gelap itu.

Sebarkan ke circle Anda