Di sebuah desa kecil, tinggal seorang gadis bernama Siti. Siti adalah siswi yang rajin dan selalu berusaha untuk tidak terlambat sekolah. Namun, pagi itu segalanya berjalan tidak seperti biasanya.
Alarm di kamar Siti berbunyi seperti biasa, tetapi ia tidak mendengar suara itu. Malam sebelumnya, Siti tidur larut karena menyelesaikan tugas sekolah yang harus dikumpulkannya. Ketika matahari sudah tinggi, ia terbangun dan melihat jam di dinding. “Astaga! Ini sudah hampir jam 07.30!” serunya panik. Sekolahnya dimulai tepat pukul 07.00, dan jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh.
Siti langsung melompat dari tempat tidur, mengenakan uniform sekolahnya dengan terburu-buru. Ia memasukkan buku-buku dan alat tulis ke dalam tas tanpa memperhatikan apakah semuanya sudah lengkap. “Ah, tidak ada waktu untuk sarapan!” pikirnya sambil berlari ke luar rumah.
Dengan langkah cepat, Siti berlari menuju sekolah. Di sepanjang jalan, pikirannya dipenuhi dengan kekhawatiran. “Jika terlambat, nanti guru pasti marah,” ujarnya dalam hati. Siti berusaha memacu dirinya untuk berlari lebih cepat, tetapi semakin ia berlari, semakin panas dan lelah pula dia rasakan.
Di tengah perjalanan, Siti melihat teman-temannya sudah mulai menuju kelas. Beberapa dari mereka melambai dan memberikan senyuman penuh semangat. “Siti, cepatlah! Kamu terlambat!” teriak Rina, sahabatnya. Siti hanya bisa tersenyum canggung dan melanjutkan lari.
Akhirnya, setelah berlari dengan napas tersengal-sengal, Siti tiba di gerbang sekolah. Ia melihat bel sekolah sudah berbunyi dan murid-murid lainnya sudah masuk ke dalam kelas. Siti bergegas menuju ruang kelas sambil berdoa agar gurunya belum mulai pelajaran.
“Huff, semoga saya tidak terlambat,” gumamnya. Saat ia membuka pintu kelas dengan perlahan, semua mata seketika menatapnya. Guru Matematika, Bu Lela, yang sedang menjelaskan materi di depan kelas menoleh dan melihat Siti.
“Siti, kenapa kamu terlambat?” tanya Bu Lela dengan nada yang tenang tetapi tegas. “Maaf, Bu! Saya bangun kesiangan,” jawab Siti malu-malu sambil menundukkan kepala.
Bu Lela mengangguk dan berkata, “Ingat, Siti, penting untuk mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari agar tidak terlambat. Sekarang, silakan duduk dan ikut pelajaran.”
Siti duduk di bangkunya, merasa lega bahwa Bu Lela tidak marah. Namun, dia juga merasa bersalah karena telah mengganggu pelajaran. Selama pelajaran berlangsung, Siti bertekad untuk belajar dari pengalaman ini. Ia berjanji untuk mengatur waktu tidurnya dengan lebih baik dan menyiapkan semua keperluan sekolahnya sebelum tidur.
Setelah pelajaran selesai, Siti menceritakan kejadian itu kepada Rina. Rina mendengarkan dengan penuh perhatian dan mengingatkan Siti agar tidur lebih awal jika ada tugas. Siti pun mengangguk, berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi.
Hari itu adalah pelajaran berharga bagi Siti. Meskipun terlambat, ia belajar pentingnya manajemen waktu dan persiapan yang baik. Sejak hari itu, Siti mulai membentuk rutinitas harian yang lebih teratur, memastikan bahwa ia akan selalu siap sebelum berangkat ke sekolah. Dengan demikian, Siti berharap tidak akan terlambat lagi dan bisa mengikuti pelajaran dengan tenang.