MENGGORENG BAKTERI

Di sebuah SMP yang terletak di bagian pinggiran kota, ada seorang siswa bernama Riko. Riko dikenal sebagai anak yang kreatif, penuh semangat, dan suka mencoba hal-hal baru. Dia memiliki bakat memasak yang diturunkan dari ibunya, yang sering membuat berbagai jenis makanan. Suatu hari, Riko terinspirasi untuk membuat makanan unik dengan nama yang lucu: Bakteri, yang merupakan singkatan dari Bakwan Ikan Teri.

Setiap Sabtu dan Minggu, Riko dan ibunya akan bangun pagi untuk mempersiapkan bakteri. Riko sangat senang karena dia bisa belajar mendalami dunia memasak sambil berjualan. Dengan resep yang diperoleh dari ibunya, Riko menggiling ikan teri yang segar, mencampurkannya dengan tepung, sayuran, dan bumbu-bumbu khas yang membuat rasa bakwan ini menggugah selera.

“Riko, jangan lupa tambahkan sedikit cabai biar ada rasa pedasnya!” kata ibunya sambil tersenyum. Riko pun mengangguk dan bersemangat mengikuti instruksi ibunya.

Setelah adonan siap, Riko menggoreng bakwan dalam wajan besar yang sudah dipanaskan. Saat aroma harum mulai tercium, dia merasa yakin bakwan yang dia buat akan menjadi favorit di antara teman-temannya. Dia pun memastikan setiap bakwan yang dihasilkan berwarna keemasan dan crispy.

Setelah selesai memasak, Riko menata bakwan-bakwan tersebut dalam kotak-kotak kecil yang rapi dan menggunting label yang menyebutkan “Bakteri” dengan tulisan yang lucu. Dengan keranjang berisi bakwan ikan teri, Riko pun pergi ke bazar yang diadakan dekat sekolah setiap akhir pekan.

Di bazar, Riko mendirikan lapak kecil dengan spanduk lucu bergambar bakwan yang tersenyum. Sejak awal, banyak pengunjung yang tertarik dengan nama yang unik dan menggelikan. Riko dengan bersemangat mempromosikan makanan buatannya. “Ayo, coba Bakteri! Bakwan ikan teri yang menggugah selera, hanya 5 ribu rupiah!”

Banyak siswa dan ibu-ibu yang melewati lapaknya berhenti sejenak, mengamati dengan penasaran. Riko menunjukkan bakwan-bakwan yang belum habis digoreng, menggoda mereka dengan aroma yang harum. “Coba deh, pasti enak!” serunya.

Ketika teman-teman Riko mulai mencicipi, mereka pun terkesima. “Wah, enak banget! Yang ini crunchy dan rasanya pas!” seru salah satu teman Riko sambil melahap bakwan itu. Dengan cepat, kabar tentang makanan unik ini menyebar. Seketika banyak yang mengantre untuk mendapatkan Bakteri.

Tak lama kemudian, bakwan ikan teri buatannya laku keras! Riko merasa senang, tidak hanya karena banyak yang membeli, tetapi juga karena semua orang suka dengan rasa bakwan yang dia buat. Dia merasakan kebahagiaan melihat senyum di wajah teman-teman dan pengunjung saat menikmati makanan yang dia siapkan.

Sambil menjajakan Bakteri, Riko juga berinteraksi dengan para pembeli. Dia mendapatkan banyak teman baru dan bahkan beberapa dari mereka meminta resep bakwan ikan teri. Riko selalu dengan senang hati membagikannya, merasa bangga karena bisa berbagi resep yang sudah menjadi kebanggaan keluarganya.

Setiap akhir pekan, Riko semakin dikenal sebagai “Riko si Penjual Bakteri.” Dia mulai merencanakan untuk melakukan inovasi baru, seperti menambahkan saus sambal atau saos mayo sebagai pelengkap untuk bakwan ikan terinya. Hal ini membuat semua orang semakin tertarik dengan dagangannya.

Dengan usaha dan keuletan, Riko tidak hanya bisa mendapatkan uang saku tambahan, tetapi juga memberi kebahagiaan kepada banyak orang. Dari bakwan yang sederhana, Riko belajar banyak tentang kewirausahaan, kerjasama, dan nilai persahabatan. Dia menyadari bahwa dengan sedikit kreativitas dan keberanian, siapa pun bisa menciptakan sesuatu yang luar biasa, bahkan dari hal-hal yang paling biasa sekalipun.

Dari lapak bazar yang kecil itu, Riko membuktikan bahwa ide-ide sederhana bisa menjadi sukses besar. Riko akan terus berjualan Bakteri, dan setiap kali mendengar tawa dan seruan pujian dari temannya, dia tahu bahwa semua kerja kerasnya terbayar dengan manis.

Sebarkan ke circle Anda