Di sebuah desa yang tenang, hiduplah seorang bocah bernama Raihan. Raihan adalah anak yang ceria dan penuh semangat. Ia senang bermain dengan teman-temannya dan selalu berusaha untuk membantu ibunya di rumah. Meskipun begitu, ada satu masalah yang membuat Raihan merasa sedikit malu—ia masih suka ngompol di malam hari.
Suatu pagi, Raihan bangun dengan sedikit rasa cemas. Ia merasa basah di tempat tidurnya. “Aduh, ngompol lagi,” pikirnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sebagian besar temannya sudah tidak lagi ngompol, dan Raihan sering mendengar mereka bercerita tentang betapa serunya bisa tidur tanpa gangguan.
Raihan bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia merasa tidak enak hati, terutama ketika ibunya masuk ke kamarnya dan melihat seprai yang basah. “Raihan, kamu harus lebih berhati-hati, ya. Ibu sudah bilang, sebelum tidur, pastikan kamu sudah ke kamar mandi,” kata ibunya dengan lembut tetapi tegas.
“Maaf, Bu. Saya akan coba lebih baik lagi,” jawab Raihan dengan wajah yang sedikit merah. Ia bertekad untuk tidak ngompol lagi malam itu.
Setelah kejadian itu, Raihan berbicara dengan sahabatnya, Dika, saat bermain di lapangan. “Dika, kamu pernah ngompol tidak? Gimana cara supaya tidak ngompol lagi?” tanya Raihan dengan rasa ingin tahu.
Dika tertawa kecil dan menjawab, “Wah, itu sudah lama banget. Tapi, kalau ingin tidak ngompol, coba minum sedikit sebelum tidur. Dan kamu juga harus pastikan untuk pergi ke kamar mandi sebelum tidur.”
Raihan mengangguk. “Itu ide yang bagus!”
Malam itu, sebelum tidur, Raihan berusaha untuk mengikuti saran Dika. Ia memastikan untuk pergi ke kamar mandi dan hanya meminum sedikit air. Ia merasa lebih tenang dan berharap bisa tidur nyenyak tanpa khawatir ngompol.
Namun, saat ia tengah tidur, tiba-tiba ia bermimpi. Dalam mimpinya, ia berlari di lapangan luas sambil mengejar bola bersama teman-temannya. Tanpa sadar, ia merasa ingin buang air kecil. Dalam mimpinya, ia berlari ke kamar mandi, tetapi merasa sudah terlambat. Begitu terbangun, Raihan menyadari bahwa ia sebenarnya sudah ngompol lagi.
Raihan merasa sangat malu dan bingung. Ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian. Ketika ibunya mengetuk pintu kamar, Raihan dengan ragu mengatakan, “Bu, tadi saya ngompol lagi.”
Ibunya masuk dan memeluk Raihan. “Tidak apa-apa, Nak. Banyak anak yang mengalami hal ini. Yang penting, kamu terus berusaha. Ibu percaya, suatu saat nanti, kamu pasti bisa berhenti.”
Raihan merasa sedikit tenang setelah mendengar kata-kata ibunya. Ia menyadari bahwa ngompol bukanlah hal yang aneh dan bahwa banyak anak seusianya mengalaminya. Ia pun bertekad untuk terus mencoba dan tidak menyerah.
Sejak hari itu, Raihan tetap berusaha untuk bangun lebih awal dan pergi ke kamar mandi sebelum tidur. Ia juga mulai mencatat kebiasaan malamnya. Setiap kali berhasil tidur tanpa ngompol, ia merasa lebih percaya diri. Perasaan malu perlahan-lahan hilang, dan Raihan belajar bahwa setiap anak memiliki perjalanan masing-masing.
Akhirnya, setelah beberapa bulan berusaha, Raihan berhasil tidur semalaman tanpa ngompol. Ketika ia bangun keesokan harinya, ia melompat kegirangan dan berlari ke ibunya. “Bu, saya tidak ngompol semalam!” serunya dengan senyum lebar.
Ibunya memeluk Raihan dan berkata, “Bagus sekali, Nak! Ibu bangga padamu!”
Dari pengalaman tersebut, Raihan belajar tentang pentingnya kesabaran dan usaha. Meskipun ada halangan di sepanjang jalan, ia tahu bahwa dengan tekad dan dukungan dari orang-orang tercintanya, ia bisa melewati segala tantangan. Dan yang paling penting, Raihan belajar untuk tidak malu terhadap proses yang harus dilaluinya. Setiap langkah kecil menuju perubahan adalah hal yang patut dirayakan.