MINANG KEBO

Di sebuah desa yang terletak di tengah sawah yang hijau, hiduplah sekelompok warga yang cukup unik dan suka bercanda. Desa itu terkenal dengan tradisi pernikahan kerbau, yang dikenal dengan nama “Minang Kebo”. Tahun ini, mereka telah merencanakan pernikahan kerbau jantan super, Kebo Joko, dengan kerbau betina cantik, Kebo Sari.

Kebo Joko adalah kerbau jantan yang terkenal kuat dan pantas untuk dipilih. Badannya besar, tulang-tulangnya kekar, dan mahkotanya berupa tanduk yang melengkung indah. Sedangkan Kebo Sari, kerbau betina yang berasal dari desa sebelah, memiliki corak kulit yang cantik dan matanya yang besar menawan. Warga desa sangat bersemangat untuk merayakan pernikahan ini.

Hari pernikahan pun tiba. Warga desa berkumpul di lapangan, sementara Kebo Joko dan Kebo Sari berdiri di bawah pagaran bunga yang dihias meriah. Semua orang memakai pakaian adat yang berwarna-warni, termasuk topi lucu yang terbuat dari daun.

“Mana si pengantin?” teriak Pak Tono, ketua panitia. “Kita mulai acaranya sebelum kerbau-kerbau ini tahu tujuan sebenarnya!”

“Tenang, Pak Tono! Kebo Joko sudah siap! Dia sedang menyisir bulunya!” sahut Ibu Siti, yang mengusap debu di baju kerbau. “Dia ingin tampil menawan di hadapan Kebo Sari.”

“Eh, jangan-jangan dia mau tampil di pagelaran model kerbau!” canda Budi, sambil tertawa. “Bisa jadi pemenang, ini!”

Ketika semua orang telah berkumpul, Pak Tono mengangguk dan memulai upacara. “Bismillah, kita mulai pernikahan Kebo Joko dan Kebo Sari!”

Pak Tono melantunkan doa, diikuti dengan suara kerumunan yang berdoa dengan kompak, “Ya Tuhan, semoga Kebo Joko dan Kebo Sari menghasilkan keturunan yang unggul. Minimal sepuluh ekor kambing dalam setahun!”

“Kesepakatan yang bagus!” seru seorang bapak tua. “Kalau bisa, kucing di sebelah rumah kita juga ikut diadopsi!”

Setelah diadakan sesi pengucapan janji, saatnya bagi Kebo Joko dan Kebo Sari untuk berinteraksi. Namun, seperti biasa, kerbau jantan ternyata sangat pemalu. Kebo Joko hanya berdiri kaku sambil menatap tanah.

“Eh, Kebo Joko! Jangan malu! Jalan saja kearah Kebo Sari!” teriak Ibu Siti. “Ini saatnya kamu menunjukkan kegagahanmu!”

Kebo Sari tampak lebih percaya diri. Dia mulai mendekat dan mengelilingi Kebo Joko. “Ayo, Joko, kamu itu jantan! Ayo, tampilkan kehebatanmu!” seru Budi dengan semangat. “Ingat, ini semua demi keturunan yang bagus!”

Dalam kebingungan, Kebo Joko akhirnya melangkah maju, tetapi dia terjatuh di atas rumput yang licin. Semua warga desa tertawa terbahak-bahak.

“Lihat! Kebo jantan jatuh cinta sampai terjatuh!” canda Pak Tono sambil menggenggam perutnya yang sudah mulai sakit karena tertawa.

Setelah Kebo Joko bangkit dan berusaha membersihkan dirinya, pernikahan pun berlanjut. Mereka mengikatkan scraf warna-warni di leher masing-masing kerbau. “Sekarang, Kebo Joko dan Kebo Sari sudah resmi menjadi pasangan kerbau sehidup semati!” teriak Pak Tono dengan gembira.

Rombongan kemudian bergerak menuju ladang untuk perayaan makan. Semua orang membawa makanan yang telah disiapkan, dan ada yang membawa keranji berisi ketan dan lauk-pauk yang melimpah.

“Mari kita makan, kita rayakan pernikahan kerbau ini dengan makanan yang enak!” ajak Ibu Siti. “Kebo-kebo kita sudah menikah, sekarang kita doakan agar kita cepat menikah juga!”

“Eh, itu cita-cita yang mulia,” sahut Budi sambil mengunyah ketan. “Tapi kalau urusan itu bisa secepat pernikahan ini! Wow, Kebo Joko sudah siap dengan apa yang kita inginkan!”

Setelah selesai makan, warga desa menari-nari di sekeliling Kebo Joko dan Kebo Sari. Mereka menyanyikan lagu-lagu riang dan melompat-lompat seakan tidak ada beban.

“Kalau Kebo Sari menghasilkan keturunan kerbau super, kita semua bisa dapat belajar dari Joko dan Sari! Siapa tahu kita juga bisa menjadi juara peternakan!” seru Pak Tono.

Akhir suasana pernikahan Kebo Joko dan Kebo Sari diakhiri dengan canda tawa, harapan, dan janji untuk merayakan kelahiran anak kerbau yang akan datang. Semua warga desa pulang dengan hati gembira, menanti masa depan yang penuh dengan keturunan kerbau yang sukses.

“Selamat tinggal, Kebo Joko dan Kebo Sari! Semoga kalian segera punya banyak anak kerbau super!” seru semua warga desa sambil tertawa.

Hari itu, mereka tidak hanya merayakan pernikahan dua kerbau, tetapi juga persahabatan dan canda tawa yang tidak akan terlupakan. Sesuatu yang konyol dan konyol ini adalah tradisi yang membuat desa mereka semakin berwarna.

Sebarkan ke circle Anda