PENAMAAN KOTA OMAN

Di sebuah lembah yang subur, para kepala suku dari seluruh penjuru dunia berkumpul untuk menghadiri pertemuan besar. Mereka akan memutuskan nama sebuah kota baru yang akan dibangun di sana. Suasana penuh semangat dan antisipasi menguasai tempat itu, sementara para utusan dari berbagai suku mulai berdatangan. Namun, utusan dari Jawa belum juga tiba, dan semua orang mulai merasa khawatir.

“Kemana utusan Jawa itu? Apakah mereka tersesat?” tanya Kepala Suku Galak dari suku Ujung Gunung, mengedarkan pandangannya ke arah pintu.

“Tenang saja, mereka pasti akan datang secepatnya. Mungkin cuaca buruk di laut menghambat perjalanan mereka,” jawab Kepala Suku dari suku Lembah Hijau dengan tenang.

Hari berlanjut, dan para kepala suku yang sudah hadir mulai meminta nama yang cocok untuk kota baru tersebut. Ide-ide berdatangan: “Kota Harmony!”, “Kota Kebangkitan!”, “Kota Mimpi!” Namun, semua ide tersebut seolah-olah kurang lengkap tanpa kehadiran utusan dari Jawa.

Di tengah kesibukan itu, akhirnya menginjak sore, tiba-tiba suara riuh terdengar di pintu masuk. Semua kepala suku menoleh, dan mereka melihat seorang utusan dari Jawa, bernama Budi, berlari dengan napas yang tergopoh-gopoh. Wajahnya berseri-seri, seolah dia adalah orang yang paling bahagia di dunia.

“Saya minta maaf, saya terlambat!” teriak Budi dengan semangat.

“Kenapa kamu telat, Budi?” tanya Kepala Suku Galak.

“Cuaca buruk di laut!” jawab Budi sambil terengah-engah. “Tapi, saya datang dengan ide yang sangat bagus!”

Segera setelah Budi masuk, dia mengangkat tangannya dan dengan penuh kegembiraan, teriak, “Woi, Oman!”

Sebagian besar orang terdiam sejenak, mengernyitkan dahi. Namun, tak lama kemudian, teman-teman Budi yang juga berasal dari Jawa mengenali kata tersebut dan mengikutinya, “Oman…Oman…Oman!” Suara teriakan itu melambung tinggi, menggema hingga ke puncak bukit.

Kepala Suku dari suku-suku lain yang mendengar teriakan itu mulai bingung. “Apa itu Oman? Apakah itu nama tempat baru?” tanya salah satu kepala suku.

Kepala Suku Galak terlihat terperanjat. “Oman… O-man? Apa yang sedang terjadi ini?”

Semua kepala suku terdiam sejenak, sementara Budi terus menari-nari di tengah lingkaran. “Oman ..oman …oman

Kepala Suku Galak menempatkan tangannya di pipinya, kaget sekaligus bingung. “Jadi, kamu bilang kota ini akan dinamai Oman? Ya … oman…oman…oman. Bagus itu! Nama kota ini Oman! Saya setuju”

Akhirnya, setelah beberapa perdebatan dan tawa yang menggema, nama kota itu pun resmi disetujui: Oman. Semua kepala suku sepakat, dan menyeringai satu sama lain. Mereka bersulang dengan cawan masing-masing, tidak hanya merayakan nama baru tetapi juga persahabatan baru yang tumbuh dari pertemuan tak terduga ini.

Semua kepala suku tidak tahu bahwa kata oman adalah bahasa jawa yang artinya kebagian, Maksud Budi adalah dia sangat kegirangan, walaupun telat ternyata kenduri belum selesai dan dia masih kebagian.

Sebarkan ke circle Anda