KELINCIKU

Di sebuah desa yang asri, hiduplah seorang anak bernama Ardi. Suatu sore, Ardi bersama ibunya mengunjungi pameran kelinci yang diadakan di pusat desa. Ardi sangat excited melihat berbagai jenis kelinci yang lucu, mulai dari kelinci angora berbulu lebat hingga kelinci mini yang menggemaskan. Namun, satu jenis kelinci yang sangat menarik perhatian Ardi adalah kelinci mini ND, dengan telinga kecil dan bulu yang halus.

“Bu, bolehkah kita punya satu kelinci mini ND?” tanya Ardi dengan wajah memohon.

Ibu Ardi tersenyum melihat semangat anaknya. “Kita lihat dulu, ya. Jika kamu bertanggung jawab merawatnya, kita boleh membelinya.”

Setelah berkeliling, mereka melihat stan di mana ada dua ekor anakan kelinci mini ND yang menjual. Ardi tidak bisa menahan diri untuk tidak mendekatinya.

“Mereka imut sekali, Bu!” kata Ardi dengan mata berbinar.

Ibu Ardi melihat harga yang terjangkau dan akhirnya berkata, “Baiklah, kita beli sepasang dan kamu harus bertanggung jawab merawat mereka.”

“Yay! Terima kasih, Bu!” Ardi melompat kegirangan.

Setelah membawa pulang kelinci tersebut, Ardi memberinya nama “Coco” untuk betina dan “Bobo” untuk jantan. Setiap hari, Ardi merawat Coco dan Bobo dengan penuh kasih sayang. Ia memberikan makanan yang baik, membersihkan kandangnya, dan yang paling penting, bermain bersama mereka.

“Coco, Bobo, kamu tahu tidak, kamu berdua adalah kelinci tercantik di dunia!” ujar Ardi sambil mengelus punggung kelinci-kelinci itu. “Apa kamu mau bermain bola?”

Coco dan Bobo melompat-lompat, seolah-olah mengerti apa yang Ardi katakan. Mereka dengan riang berlari ke arah bola kecil yang Ardi gulirkan.

“Lihat, Bu! Mereka sangat aktif dan pintar!” seru Ardi dengan bangga saat Coco berhasil menggigit bola dan menggulingkannya.

Ibu Ardi mengamati sambil tersenyum. “Kau memang tahu cara merawat kelinci, Ardi. Mereka terlihat sangat bahagia!”

Setelah beberapa bulan, tiba-tiba Ardi menyadari ada yang berbeda dengan Coco. Suatu pagi, saat melihat ke dalam kandangnya, Ardi terperanjat.

“Bu! Coco melahirkan!” teriaknya bersemangat.

Ibu Ardi berlari mendekat. “Serius? Berapa banyak anaknya?”

“Coba kita hitung!” Ardi dengan cepat mengintip ke dalam kandang. “Ada tujuh, Bu! Tujuh ekor bayi kelinci!”

Ibu Ardi mengangkat tangan dan bertepuk tangan riang. “Wah, itu sangat luar biasa! Kita jadi punya lebih banyak kelinci!”

Ardi berlari melingkari kandang. “Aku senang sekali! Mereka semua sangat lucu! Apa kita dapat memberi mereka nama juga, Bu?”

“Kenapa tidak? Mari kita beri mereka nama! Bagaimana jika kita kasih nama bernuansa bintang? Karena mereka seperti bintang kecil dalam hidup kita,” saran Ibu Ardi.

“Bagus! Yang ini aku namakan ‘Bintang’, yang itu ‘Bulan’, dan yang lainnya ‘Purnama’, ‘Sinar’, ‘Astera’, ‘Cahaya’, dan yang terakhir ‘Komet’!” Ardi menjawab gembira.

Setiap hari, Ardi keluar untuk bermain dengan anak-anak kelinci tersebut. Ia memasukkan mereka ke dalam keranjang kecil dan membiarkan mereka melompat-lompat di halaman. Peluh dan tawa Ardi menggema di sekelilingnya.

“Lihat, Bintang! Ayo kita berlomba!” Ardi berteriak seraya melepaskan Bintang dan Komet di halaman yang luas.

Sore itu, dengan riang gembira, Ardi teringat perkataannya sendiri. “Aku tidak tahu rasanya memiliki tujuh sahabat baru sekaligus. Ini luar biasa, Bu!”

Ibu Ardi menghampiri dan mencubit pipi Ardi lembut. “Kau sudah menjadi pemilik kelinci yang sangat baik. Teruslah merawat mereka dengan sepenuh hati.”

Melihat Coco dan Bobo, beserta ketujuh anaknya yang lincah, Ardi merasakan kebahagiaan yang tak terlukiskan. Hidupnya semakin berwarna dengan kehadiran kelinci-kelinci itu. Dia berjanji akan selalu merawat dan memberi mereka kasih sayang, serta menjadikan mereka bagian penting dalam petualangan hidupnya.

“Terima kasih, Coco dan Bobo, karena sudah memberiku hadiah yang luar biasa—tujuh teman baru dalam hidupku!” ucap Ardi sambil memeluk kelinci-kelinci itu.

Sebarkan ke circle Anda