PIBU: BANJIR DI PASAR

Hari itu, pasar yang biasanya ramai dipenuhi suara tawar-menawar dan aroma segar sayuran, tiba-tiba berubah menjadi lautan. Hujan deras semalaman membuat sungai di dekat pasar meluap, dan pasar pun terendam banjir. Namun, bagi Pibu, Pendek Item Buncit, ini adalah kesempatan emas untuk menunjukkan kekuatannya yang super.

Saat para ibu-ibu datang ke pasar, mereka melihat genangan air yang cukup dalam. “Aduh, bagaimana ini? Kita tidak bisa ke pasar!” keluh Bu Ani, seorang ibu yang terkenal dengan masakan lezatnya.

Pibu yang melihat kerumunan itu langsung melompat-lompat penuh semangat. “Jangan khawatir, Ibu-ibu! Pibu di sini! Siapa yang mau dipanggul?” teriaknya dengan suara menggembirakan. Para ibu serentak menoleh mencari sosok Pibu yang terkenal.

“Ih, Pibu! Banjir ini bikin kita susah! Ayo, siapa yang mau dipanggul duluan?” teriak Bu Siti, sambil tertawa.

Pibu mengernyitkan dahi seolah berpikir keras. “Kita pilih yang paling cakep dulu ya, supaya Pibu dapat energi positif!” katanya, sambil mengelap keringat di dahi.

Tentu saja, ibu-ibu yang cakep di antara mereka tak bisa menahan tawa. Mereka berebut untuk menjadi yang pertama. “Aku! Aku!” seru Bu Leni, yang terkenal dengan wajah ayunya. Pibu dengan sigap mengangkat Bu Leni ke punggungnya, sambil berteriak, “Bersiap-siap! Kita akan menyeberang!”

Sementara itu, ibu-ibu yang lebih tua seperti Bu Tati dan Bu Ros, hanya bisa menggelengkan kepala sambil tertawa. “Pibu, kamu kok milih yang muda-muda terus? Kami ini butuh pertolongan juga!” protes Bu Tati dengan senyum.

Pibu menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, “Yang tua-tua bisa nyebrang saja! Gak apa-apa, wajah sudah mateng, gak bakalan luntur!” Usahanya untuk bercanda membuat semua orang tertawa lepas. Pibu memang punya talent dalam menghibur.

Kini, Pibu berlari membawa Bu Leni melintasi genangan air. “Awas, genangan air ini bisa jadi kolam renang! Siap-siap basah!” katanya sambil berlari. Tentu saja, Bu Leni tertawa terbahak-bahak sambil berpegangan erat di bahu Pibu.

“Ya ampun, Pibu! Ini terasa seperti roller coaster!” serunya dengan kegembiraan.

Setelah menyeberang, Pibu menaruh Bu Leni dengan hati-hati di tepi yang kering. “Silakan berbelanja, Ibu! Nanti Pibu datang lagi!” sembari melambaikan tangan.

Sekarang, giliran ibu-ibu yang lebih tua. “Eh, Pibu! Kami juga mau, jangan dilupakan!” teriak Bu Tati sambil melambai-lambaikan tangannya.

“Tenang, Ibu-ibu! Sekarang Pibu jadi buruh panggul resmi! Ayo, mari kita selamatkan pasar!” Pibu kembali bersorak sambil menggandeng tangan Bu Tati.

Tetapi, ketika Pibu mencoba mengangkat Bu Tati, tiba-tiba dia merasa perutnya berdenyut. “Hmm, kayaknya lebih berat dari yang kupikir,” pikir Pibu, sebelum mengangkat Bu Tati dengan sekuat tenaga. Namun, yang terjadi adalah dia terhuyung-huyung dan hampir terjatuh.

Seluruh ibu-ibu terbahak-bahak melihat kelucuan Pibu. “Hati-hati, Pibu! Awas jangan sampai jatuh!” seru Bu Ros sambil tertawa.

Dengan penuh semangat, Pibu terus memberikan jasanya sebagai pengangkat. Satu per satu ibu-ibu beralih menggunakan jasanya dan menikmati momen seru di pasar yang kacau balau ini.

Dia pun berkata, “Ada yang mau bangku untuk duduk? Awas, jangan cari-cari di genangan. Pibu jualan kursi terbang gratis!”

Hari itu, meski pasar terendam banjir dan sempat terlihat kacau, keceriaan dan tawa yang dibawa oleh Pibu membuat semua orang melupakan masalah mereka. Ternyata, dengan sedikit humor dan semangat, menghadapi banjir pun bisa menjadi momen yang tidak terlupakan.

Dengan semangatnya yang tak pernah padam, Pibu membawa keceriaan di tengah kesulitan, dan semua yang melihatnya tahu bahwa sisa hari mereka akan diwarnai dengan tawa berkat Pendek Item Buncit yang luar biasa ini!

Sebarkan ke circle Anda