Setelah mengalami cedera, Budi berusaha untuk tetap positif walau ia harus beristirahat dan tidak bisa bekerja sementara waktu. Sari, yang kini menjadi tulang punggung keluarga, bertekad untuk menjaga agar semua kebutuhan anak-anaknya tetap terpenuhi. Namun, harapan dan keinginan itu tidaklah mudah.
Suatu pagi, Kinara bangun dengan semangat baru. Ia memutuskan untuk melanjutkan tugasnya membantu Sari berjualan di pasar. Dengan memikul keranjang sayur, mereka berdua berangkat sambil saling bercerita untuk mengusir rasa lelah. Di pasar, Kinara melihat Sari bercakap-cakap hangat dengan pelanggan tetapnya. Ia merasakan kebanggaan saat melihat ibunya disayangi dan dihargai masyarakat.
Hari itu, mereka berhasil menjual hampir semua dagangan. Kinara merasa bahagia, tetapi ada rasa khawatir tersisa di dalam hati. Setelah pulang, ia melihat Dito dan Lani bermain di halaman. Dito tengah membuat proyek miniatur bangunan menggunakan kaleng bekas dan karton.
“Aku ingin membuat rumah yang besar seperti yang ayah buat,” kata Dito penuh semangat.
Kinara tersenyum sambil menjawab, “Kita pasti bisa! Kita semua akan berusaha bersama-sama untuk mewujudkan impian kita.”
Setelah makan malam, Kinara mengajak Dito dan Lani untuk membahas impian mereka. “Kita perlu menghemat dan membantu ibu lebih banyak. Bagaimana kalau kita menyisihkan sedikit uang dari jualan kepada Ayah?” saran Kinara.
Dito mengangguk setuju. “Ya, kita harus memberikan yang terbaik untuk keluarga.”
Keesokan harinya, mereka berdua membantu Sari berjualan. Lani, meskipun masih kecil, ikut berkeliling dengan membawa sayur kecil yang ringan. Ketika mereka pulang, Kinara mengingatkan agar mereka menyisihkan sebagian uang untuk Ayah dan kebutuhan lainnya.
Namun, masalah baru muncul ketika Sari menerima kabar tentang pasar yang sepi karena hujan beberapa pekan terakhir. Hal ini membuat pendapatan mereka berkurang. Di tengah tantangan ini, Budi tidak ingin keluarganya merasa terbebani.
“Aku mungkin tidak bisa bekerja seperti biasa, tetapi aku akan mencari cara lain untuk membantu, meski di rumah. Mungkin kita bisa menanam sayuran sendiri di pekarangan yang kita miliki.” Budi mengusulkan ide itu di tengah kehangatan keluarga.
Kinara dan Dito senang mendengar idenya. Mereka mulai menyiapkan beberapa biji sayuran dan berencana untuk menanam di halaman belakang rumah. Dengan semangat, mereka menggali tanah dan menyiapkan untuk menanam. Lani ikut membantu dengan menggali lubang kecil, walaupun kadang-kadang ia lebih banyak bermain daripada bekerja.
Minggu-minggu berlalu, dan sayuran yang mereka tanam berkembang dengan baik. Mereka menanti saat panen dengan penuh harapan. Ketika sayuran mulai tumbuh, Sari dapat menjualnya di pasar, dan itu memberikan tambahan penghasilan untuk keluarga.
Namun, mereka tetap menghadapi masalah keuangan. Sari memutuskan untuk menjual sayurnya di tempat yang lebih jauh, sehingga ia harus berangkat lebih awal dan berusaha lebih keras. Kinara memahami, tetapi ia juga khawatir tentang keselamatan ibunya.
Suatu sore, ketika semua anggota keluarga berkumpul, Sari bercerita, “Nanti, ada bazar di desa kita. Aku berencana untuk ikut. Ini bisa menjadi kesempatan untuk menjual lebih banyak dan mendapatkan pelanggan baru.”
Kinara menyadari betapa pentingnya acara itu dan mengusulkan agar mereka semua membantu Sari mempersiapkan dagangan. “Kami akan membantu, Bu! Kita bisa menyiapkan semuanya bersama-sama!” seru Kinara penuh semangat.
Akhirnya, hari bazar tiba. Seluruh keluarga berpartisipasi. Mereka bekerja sama menyiapkan meja dan dagangan dengan penuh semangat. Setiap sayuran yang dipajang terasa istimewa bagi mereka. Dari sorotan mata para pedagang dan pelanggan, Kinara merasa bangga dengan usahanya.
Bazar itu penuh dengan aktivitas, dan mereka berhasil menarik banyak perhatian. Masyarakat datang membeli dengan antusias, dan sayuran Sari laku terjual. Mereka semua merasa sangat bahagia.
Ketika malam tiba dan mereka pulang dengan hasil penjualan yang lebih baik dari yang diperkirakan, Kinara merasa gembira dan bangga. Keluarga Kinara telah melewati beberapa tantangan, dan mereka semakin dekat satu sama lain.
“Ini semua berkat kerja keras kita,” ujar Dito.
“Dan kita pasti bisa melewati hal-hal sulit seperti ini bersama-sama,” tambah Kinara.
Mereka pulang dengan senyum di wajah, dengan harapan dan impian yang semakin menguat untuk masa depan yang lebih baik.
Episode ini berakhir dengan tekad dan semangat Keluarga Kinara untuk terus berjuang, melihat harapan yang lebih cerah ke depan. Apa tantangan selanjutnya yang akan mereka hadapi? Mari kita lanjutkan cerita ini di episode berikutnya!