Di sebuah kota yang penuh dengan kesibukan dan hingar-bingar, hiduplah seorang pencuri bernama Riko. Ia terkenal karena kemampuannya yang luar biasa dalam mencuri barang-barang berharga tanpa ada yang bisa menangkapnya. Namun, pagi itu, Riko mendapatkan misi yang berbeda dari biasanya: bukan mencuri barang berharga, tetapi mencuri kebahagiaan di sebuah acara kondangan.
Riko telah mengetahui bahwa di sebuah gedung mewah di pusat kota, akan diadakan pernikahan yang dihadiri oleh banyak orang kaya. Ia berencana untuk menyusup ke dalam dan makan sepuasnya sambil mengenakan pakaian yang lebih baik dari biasanya. Namun, sebelum ia bisa memasuki gedung, sayangnya, ia tertangkap basah oleh polisi saat mencuri baju batik dari sebuah toko terdekat.
“Hei! Itu barang kami!” teriak pemilik toko, sambil berlari menuju Riko. Riko yang panik berlarian keluar dari toko, hanya dengan setengah mengenakan baju batik yang masih terjuntai di tubuhnya.
“Polisi!” seru seorang lelaki di jalanan. Riko segera merasakan teriakan itu dan tahu bahwa kejaran telah dimulai. Suara sirene mobil polisi semakin mendekat.
“Gawat! Gawat! Ini semua gara-gara baju batik!” gumam Riko, sambil berlari ke arah gedung pernikahan.
Ketika Riko tiba di gedung tersebut, ia melihat pintu masuk sedang ramai dengan para tamu yang bersiap-siap memasuki ruangan. Ia bergegas menyalip antrian dan mencuri perhatian petugas keamanan yang sedang sibuk memeriksa tamu.
“Permisi, saya dari pihak catering. Bawa makanan untuk acara!” Riko berujar sambil melambaikan tangannya dengan semangat, berusaha menahan rasa paniknya.
“Cepat banget masuknya,” kata seorang petugas keamanan, skeptis. Namun, sebelum ia bisa bertanya lebih jauh, Riko sudah melesat masuk ke dalam gedung dan mencari tempat yang ramai.
Setibanya di dalam ruangan yang megah dan dipenuhi hiasan bunga, Riko menyisipkan diri di antara para tamu yang sedang asyik bercengkerama. Ia melihat makanan lezat di atas meja, piring berisi ayam pedas, makanan laut, dan beraneka macam kue. Riko merasa lapar setelah berlari-lari.
Sambil menyantap makanan, ia mendengar suara sirene di luar gedung. “Tidak mungkin!” desisnya pelan. Ia tahu bahwa polisi sedang mencari dirinya.
“Eh, siapa itu,” tanya seorang tamu yang berdiri di sampingnya. Ia melihat Riko mengenakan baju batik dan tampak berbeda dari pengunjung lainnya.
“Ah, saya… saya… baru saja datang dari jauh,” jawab Riko dengan berusaha tersenyum, meskipun jantungnya berdegup kencang.
“Wah, bagus juga baju batik kamu! Keren!” puji tamu itu, tidak menyadari situasi sebenarnya. Riko hanya mengangguk, merasa lega sementara.
Tiba-tiba, pintu masuk gedung terbuka lebar dan beberapa polisi masuk ke dalam. “Tolong, kami mencari pria dengan baju batik!” teriak salah satu polisi. Hati Riko serasa berhenti.
“Dia pasti di sini!” teriak seorang polisi lainnya.
Melihat situasi semakin kritis, Riko berpikir cepat. Ia melihat sebuah paduan suara di atas panggung, mendapatkan ide yang gila. Dengan sigap, ia melangkah ke arah panggung, mencuri perhatian para tamu yang terkejut.
“Selamat datang di acara ini! Mari kita bernyanyi bersama!” Riko berteriak, dalam suasana kebingungan, dan langsung melanjutkan, “Bukan hanya makanan yang harus kita nikmati, tetapi musik juga!”
Para tamu kebingungan namun mengikuti. Riko mulai menyanyikan lagu yang sering diputar di acara seperti itu sambil menggoyangkan tubuhnya. Dengan mengalihkan perhatian semua orang serta polisi, ia berusaha mendapatkan momentum.
“Tuan, kembalilah ke sini!” teriak polisi, berusaha menembus kerumunan.
Riko melanjutkan menyanyi, sambil secepatnya merangkak ke samping panggung. Ia menemukan pintu keluar darurat yang tidak terkunci. “Ini saatnya!” pikirnya.
Saat lagu tiba di puncaknya, Riko mengerahkan semua tenaga dan melompat turun dari panggung. “Maaf, saya harus pergi!” serunya, lari menuju pintu keluar darurat.
“Ke sana! Dia pergi ke pintu samping!” teriak salah satu polisi. Suaranya menggaung di ruangan yang ramai.
Riko berlari sekuat tenaga dan berhasil keluar dari gedung. Di luar, ia melihat mobilnya terparkir di tepi jalan. Tanpa ragu, ia bergegas membuka pintu mobil dan melaju kencang dengan sekuat tenaga.
“Ha! Berhasil!” Riko bersorak bahagia sambil menyetir. Ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang mengesankan, merasakan sedikit adrenaline, dan melirik ke belakang. Tak ada tanda-tanda polisi yang menyusul.
Akhirnya, Riko sampai di tempat yang aman, tidak jauh dari keramaian. Ia menghela nafas, lega bahwa ia bisa lolos. “Satu malam yang luar biasa,” ia berkata pada diri sendiri sambil mengingat makanan lezat yang telah ia nikmati di kondangan.
“Coba sekali lagi, satu-satunya pencuri yang bisa publik temukan saat kondangan,” ia terkekeh sendiri, merasa bangga sekaligus lucu.
Dari hari itu, Riko bukan hanya dikenal sebagai pencuri, tetapi juga sebagai “Maling Kondangan” yang berhasil mencuri makanan, dan bahkan perhatian, tanpa terjebak oleh hukum.
Cerita ini menggambarkan bahwa terkadang, di sudut paling gelap dari niat buruk bisa muncul sedikit humor dan kejadian tak terduga.