HUMOR REMAJA: KOMUTATIF DAN SABUN

Hari itu, panas menggigit kulit. Matahari menyengat, dan tugas kuliah menumpuk seperti utang negara. Tapi saya, mahasiswa abadi dengan anggaran pas-pasan, punya misi penting: beli sabun dan pasta gigi. Hidup sehat dimulai dari mandi dan sikat gigi, kan?

Saya masuk ke toko kecil langganan, yang dindingnya lebih banyak tulisan promo daripada cat tembok. Dan seperti menemukan harta karun, mata saya langsung menangkap tulisan legendaris itu:

“BELI PASTA GIGI DAPAT GELAS!”
“BELI SABUN DAPAT PIRING!”

Wah, ini paket kombo masa depan! Pikiran saya langsung melayang. Saya bayangkan punya gelas buat kopi sachet, dan piring buat mie instan yang saya anggap makanan mewah saat akhir bulan.

Di dekat rak, berdirilah seorang pelayan muda. Wajahnya bersih, kemeja rapi, senyum kaku. Pasti anak baru. Dengan penuh semangat, saya hampiri dia, dan berkata:

“Mas, saya mau beli gelas dan piring, yang bonusnya sabun dan pasta gigi.”

Sejurus kemudian, ekspresi wajahnya berubah. Bingung. Panik. Seperti komputer Windows 98 yang hang tiba-tiba.

“Maaf, maksudnya gimana, Mas?”

Saya pura-pura serius, mengangkat sabun dan pasta gigi dari rak. “Kan beli gelas dapat sabun, beli piring dapat pasta gigi. Bener, kan?”

Dia garuk-garuk kepala yang tidak gatal. Matanya melirik ke tulisan promo, kembali ke saya, lalu ke sabun, lalu ke saya lagi. Mulutnya terbuka, tapi tak ada suara keluar. Seperti ingin bicara, tapi takut salah. Akhirnya, dengan langkah ragu-ragu, dia memanggil seniornya.

Tak lama, datanglah Mbak-Mbak berwajah tangguh—senior toko, jelas. Tatapannya seperti sudah kenyang menghadapi drama emak-emak rebutan diskon.

“Ada yang bisa saya bantu, Mas?”

Saya ulangi niat saya. “Saya cuma mau beli piring dan gelas, yang bonusnya sabun dan pasta gigi. Simpel, kok.”

Dia tertawa pelan. “Mas ini lucu, deh. Justru kalau Mas beli sabun dan pasta gigi, Mas dapat piring dan gelas. Itu promonya.”

Saya pura-pura terkejut. “Lho? Bukannya sama aja, Mbak? Komutatif dong namanya. Seperti matematika—perkalian. a x b = b x a.”

Pelayan muda itu menganga. “Komu… apa, Mas?”

Saya angkat jari telunjuk, seperti mau ceramah. “Komutatif. Jadi sabun itu ‘a’, pasta gigi itu ‘b’. Kalau saya beli ‘a lalu b’ atau ‘b lalu a’, hasilnya tetap gelas dan piring. Maka, beli gelas dan piring, otomatis dapat sabun dan pasta gigi juga dong!”

Mbak senior tertawa ngakak. “Mas kuliahnya jurusan apa sih? Filsafat promo?”

Saya senyum. “Hidup adalah soal perspektif, Mbak. Kadang yang dibolak-balik tetap saja bikin bersih.”

Akhirnya saya bayar, sambil membawa pulang sabun, pasta gigi, gelas, dan piring. Sambil berjalan, saya berpikir: kadang hidup pun punya sifat komutatif. Yang penting bukan urutan, tapi hasil akhirnya—kita tetap bersih, tetap waras, dan tetap bisa ngopi.