Suatu hari yang cerah, Arnold pergi ke pasar bersama ayahnya. Pasar hari itu sangat ramai, dipenuhi oleh pedagang dan pembeli yang bertransaksi. Sambil berjalan-jalan, Arnold terpesona melihat berbagai barang yang dijual, mulai dari sayuran segar, buah-buahan, hingga mainan yang berwarna-warni.
Tiba-tiba, mereka mendengar suara riuh dari sebuah kerumunan. Dengan rasa penasaran, Arnold dan ayahnya mendekat untuk tahu apa yang membuat orang-orang berkumpul. Ternyata, di sana ada seorang pedagang yang menawarkan obat penumbuh kumis.
“Obat ini ampuh! Kumis kamu akan tumbuh lebat dalam seminggu!” teriak pedagang dengan semangat. Semua orang terkesima mendengar klaim tersebut. Namun saat Arnold melihat lebih dekat, ia menyadari sesuatu yang aneh: pedagang itu sendiri tidak memiliki kumis!
Karena penasaran dan sedikit iseng, Arnold pun mengangkat tangannya. “Bang, kenapa abang dagang obat kumis tapi abang tidak berkumis?” tanyanya, mencoba menahan tawa.
Pedagang obat kumis itu tampak terkejut, tetapi dengan wajah tenang, ia menjawab dengan nada santai, “Karena pedagang telur juga tidak bertelur!”
Mendengar jawaban itu, kerumunan itu malah semakin tertawa terbahak-bahak. Arnold pun merasa malu, tetapi dia tidak bisa menahan senyumnya. Ternyata, jawaban pedagang itu sangat lucu dan cerdas.
Ayah Arnold menepuk bahunya dan berkata, “Lain kali, mungkin kita harus pikir-pikir dulu sebelum bertanya ya, Nak.” Arnold hanya mengangguk sambil tertawa. Momen itu membuat hari mereka di pasar menjadi lebih menyenangkan.
Setelah kerumunan mereda, Arnold pun beranjak pergi sambil tertawa-tawa. Dia bertekad untuk tidak melupakan pelajaran hari itu: humor bisa muncul di mana saja, bahkan dari situasi yang paling tidak terduga sekalipun!