Di Babilonia kuno, lebih dari 3700 tahun yang lalu, seorang raja bernama Hammurabi memerintah dengan visi besar untuk menyatukan wilayah dan menciptakan keadilan. Ia memerintah dari tahun 1792 hingga 1750 SM, pada masa Dinasti Babilonia pertama. Dalam sejarah dunia, ia diingat sebagai pemimpin yang memperkenalkan salah satu kumpulan hukum tertulis pertama yang dikenal umat manusia, yaitu Kode Hammurabi.
Latar Belakang dan Perjuangan Hammurabi
Hammurabi lahir pada sekitar tahun 1810 SM. Sebagai putra seorang raja, ia tumbuh dalam dunia politik dan diplomasi yang rumit. Ketika naik takhta pada usia muda, Babilonia adalah sebuah kota-negara kecil di tengah Mesopotamia. Wilayah itu dikelilingi oleh kekuatan besar seperti Elam di timur dan kerajaan Asyur di utara.
Hammurabi menyadari bahwa untuk bertahan dan berkembang, Babilonia harus lebih dari sekadar kota biasa. Ia memulai strategi militer dan diplomatik yang cerdas, mengalahkan musuh-musuhnya satu per satu dan memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup sebagian besar Mesopotamia. Di bawah kepemimpinannya, Babilonia menjadi pusat kebudayaan, ekonomi, dan politik yang besar.
Kode Hammurabi: Warisan Abadi
Namun, yang paling mengesankan dari pemerintahannya bukanlah hanya penaklukan militernya, melainkan undang-undang yang ia perkenalkan. Kode Hammurabi adalah himpunan hukum yang tertulis di sebuah batu besar yang tinggi, dengan ukiran cermat dalam huruf paku (cuneiform). Hukum ini mencakup 282 pasal yang mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk perdagangan, perkawinan, properti, dan kejahatan.
Apa yang membuat Kode Hammurabi istimewa adalah prinsip dasar keadilannya:
- “Mata ganti mata, gigi ganti gigi.”
Hukum ini menerapkan keadilan yang seimbang, meskipun sering kali keras. Hukuman berbeda-beda berdasarkan status sosial—kaum bangsawan, orang bebas, dan budak memiliki perlakuan yang berbeda di bawah hukum ini.
Kode Hammurabi juga melindungi kaum lemah, termasuk perempuan dan anak-anak. Misalnya, ada pasal yang melindungi istri dari perlakuan semena-mena suaminya dan memberikan hak kepada seorang anak yatim piatu.
Pengaruh Kode Hammurabi
Hammurabi mengukir Kode ini bukan hanya untuk mengatur masyarakat Babilonia tetapi juga untuk menunjukkan kepada dunia bahwa hukum adalah dasar dari pemerintahan yang stabil. Batu prasasti Kode Hammurabi ditempatkan di tempat-tempat umum, sehingga masyarakat dapat mengetahui hukum yang mengatur mereka.
Warisan ini terus hidup. Prinsip-prinsip hukum yang diusung Kode Hammurabi memengaruhi sistem hukum di Mesopotamia dan bahkan budaya lain di sekitarnya. Ribuan tahun kemudian, Kode ini menjadi inspirasi bagi para sarjana hukum modern saat memahami perkembangan konsep keadilan.
Akhir Hidup dan Warisan
Hammurabi wafat pada tahun 1750 SM, tetapi pencapaiannya tetap dikenang. Di bawah pemerintahannya, Babilonia tidak hanya menjadi kekuatan besar, tetapi juga simbol keadilan. Batu prasasti Kode Hammurabi ditemukan kembali pada tahun 1901 di Susa (Iran modern) oleh para arkeolog, dan kini disimpan di Museum Louvre, Paris.
Hammurabi bukan hanya seorang raja besar, tetapi juga seorang visioner yang meyakini bahwa hukum adalah alat untuk menciptakan masyarakat yang tertib dan makmur. Melalui Kode Hammurabi, ia meninggalkan pesan abadi: keadilan adalah dasar dari peradaban yang maju.
Pesan untuk Generasi Muda
Kisah Hammurabi mengingatkan kita bahwa kepemimpinan sejati adalah tentang menciptakan warisan yang bermanfaat bagi semua orang. Ia bukan hanya memerintah dengan kekuatan, tetapi juga dengan visi untuk masa depan yang lebih baik. Mari kita belajar dari semangatnya untuk menegakkan keadilan, apa pun tantangan yang dihadapi.