GILIRAN PIKET

(Tema: Cinta Tanah Air & Sila ke-1: Ketuhanan Yang Maha Esa)

Hari Rabu adalah jadwal piket Rama. Ia bertugas menyapu kelas bersama Sasa, Iwan, dan Bintang. Tapi pagi itu, hanya Rama yang datang tepat waktu.

Ia membuka jendela, mengambil sapu, dan mulai menyapu lantai kelas. Debu beterbangan, tapi Rama tetap semangat. Ia bersenandung kecil, lagu kesukaannya: “Aku anak Indonesia, cinta damai…”

Beberapa menit kemudian, Sasa datang terburu-buru. “Maaf ya, Ram! Tadi bantu Ibu jualan dulu.”
“Gak apa-apa. Kita lanjut bareng, ya,” jawab Rama.

Tak lama, Iwan pun muncul. Tapi Bintang belum juga datang. Mereka bertiga melanjutkan piket dengan semangat. Sasa mengepel lantai, Iwan menyusun bangku, dan Rama mengelap papan tulis.

Ketika hampir selesai, Bintang masuk dengan wajah cemberut.

“Aku gak ikut piket. Lagi malas,” katanya sambil duduk dan main gawai.

Sasa menoleh, “Ayo, tinggal dikit lagi, Bang. Bareng-bareng lebih cepat, lho.”

Tapi Bintang pura-pura tak dengar.

Bu Heni, guru agama mereka, lewat dan melihat kejadian itu. Ia menghampiri sambil tersenyum. “Anak-anak, kalian tahu nggak? Menolong dan bekerja sama itu juga bentuk ibadah, lho.”

Bintang menoleh cepat. “Ibadah?”

“Iya,” jawab Bu Heni. “Dalam semua agama, kita diajarkan untuk peduli, jujur, dan bekerja sama. Itu juga bagian dari nilai Ketuhanan. Kalau kita cinta tanah air, kita juga harus menjalankan ajaran agama dengan baik.”

Rama mengangguk. “Ayahku bilang, Tuhan suka sama anak yang rajin dan suka menolong.”

Bu Heni tersenyum. “Betul sekali, Ram. Dan kalau kelas bersih, semua jadi nyaman belajar. Itu juga bentuk cinta pada sekolah, bagian dari tanah air kita.”

Bintang akhirnya berdiri dan mengambil sapu.

“Maaf ya, teman-teman. Aku bantu buang sampahnya, deh.”

Semua tersenyum. Sasa memberikan kantong sampah, dan Iwan membuka pintu. Mereka bekerja sama sampai kelas bersih kinclong.

Sebelum pulang, Rama menulis di papan tulis:
“Bersih itu sebagian dari iman. Kelas yang bersih, hati pun jadi bersinar.”

Mereka tertawa bersama.

Hari itu, Rama belajar bahwa cinta tanah air bisa dimulai dari kelas sendiri. Dan Tuhan pasti senang melihat anak-anak yang saling bantu dan menjaga lingkungan.