Peristiwa: Upacara rapat raksasa di Lapangan Ikada, Jakarta
Tanggal: 19 September 1945
Durasi Fragmen: ±10 menit pementasan
Format: Monumen teatrikal, sedikit dialog, banyak kekuatan visual dan emosi massa
🎥 TATA PANGGUNG:
- Latar belakang: Lukisan atau proyeksi Monas (belum ada di 1945, simbol masa kini), bayangan bendera besar berkibar
- Tengah: Mimbar sederhana, mikrofon tua
- Kiri & kanan panggung: Rakyat berbagai rupa—buruh, pelajar, petani, pemuda, wanita—berkumpul, membawa spanduk “MERDEKA!”
- Di kejauhan (visual): Tentara Jepang dengan senapan berjaga di sisi panggung, menciptakan ketegangan
- Sound: Suara gamelan bertalu perlahan, disusul denting lonceng halus
👥 TOKOH:
- Ir. Soekarno
- Moh. Hatta
- Satu Tokoh Pemuda (Hariman)
- Narator (suara latar)
- Rakyat (diperankan secara massal)
🎬 ADEGAN:
Adegan 1: Lautan Manusia
(Lampu menyala perlahan. Tampak ribuan rakyat masuk ke lapangan. Diam. Tegang. Hanya suara langkah kaki dan teriakan kecil “Merdeka!” yang bersahutan dari kejauhan.)
NARATOR (suara latar):
Jakarta, 19 September 1945.
Tak ada media. Tak ada pengeras suara. Tapi kabar itu menyebar seperti angin:
“Bung Karno akan bicara untuk rakyat.”
Mereka datang. Berduyun-duyun. Dari kampung, gang, stasiun. Tanpa senjata. Tanpa pamrih.
Adegan 2: Bung Karno Naik ke Mimbar
(Soekarno naik pelan. Iringan musik gamelan berhenti. Ia berdiri diam. Semua penonton ikut diam. Jepang masih berjaga. Tangan Soekarno terangkat ke langit.)
SOEKARNO (tenang, lantang):
Saudara-saudara!
Hari ini, saya berdiri… bukan sebagai Presiden… tapi sebagai suara kalian!
Suara rakyat Indonesia yang telah merdeka!
(Rakyat bersorak. Tapi cepat senyap kembali. Soekarno menatap tajam tentara Jepang.)
SOEKARNO (menyapu pandangan):
Kami tidak takut!
Kami bukan penjahat!
Kami adalah bangsa yang menuntut haknya sendiri!
Kami hanya ingin satu hal:
Hidup sebagai bangsa merdeka!
Adegan 3: Ketegangan Puncak
(Tentara Jepang mengangkat senapan. Pemuda Hariman maju setengah langkah. Tapi tangan Hatta menahan dari belakang.)
HARIMAN (pelan):
Kalau mereka menembak, aku akan jadi perisai Bung Karno.
HATTA (pelan, tegas):
Tidak hari ini. Hari ini… darah tidak perlu tumpah.
(Soekarno menatap langit. Musik kembali naik perlahan. Ia angkat tangan tinggi-tinggi.)
SOEKARNO:
Kita tunjukkan kepada dunia…
bahwa rakyat Indonesia tidak takut!
Bahwa kita siap… hidup atau mati untuk MERDEKA!
Adegan 4: Rakyat Jadi Lautan
(Rakyat satu per satu mengepalkan tangan, lalu seluruh panggung menjadi merah putih—secara visual atau pencahayaan. Jepang menurunkan senjata. Tak satu peluru pun ditembakkan.)
NARATOR (suara berat):
Pada hari itu, tanpa satu tembakan pun…
Soekarno memenangkan pertempuran.
Dengan suara. Dengan keteguhan.
Dan dengan lautan rakyat yang percaya pada kata “MERDEKA”.
🎵 PENUTUP:
Musik Indonesia Raya mengalun. Seluruh pemain berdiri tegak, menghadap bendera yang dinaikkan perlahan. Tirai turun dalam hening, hanya gema kata:
MERDEKA… MERDEKA… MERDEKA!