Hari itu, langit biru bersih, angin sepoi-sepoi bertiup lembut.
Lala si burung hantu mengajak semua hewan kecil berkumpul di lapangan rumput.
“Hari ini kita belajar melompat dan terbang rendah!” serunya ceria.
Bimo bersorak. Mimi melompat kegirangan.
Tapi Ucil, si tupai mungil, diam di belakang semak.
“Ucil, ayo!” panggil Lala.
Ucil pura-pura tersenyum. “Nanti aja… aku lihat dulu.”
Satu per satu, teman-temannya mencoba melompat dari batu ke batu, atau meluncur turun dari pohon kecil.
Bimo melompat dan mendarat empuk.
Mimi terguling lalu tertawa.
Semua bersenang-senang.
Tapi Ucil tetap diam.
Ia menggenggam ekornya erat.
Tiba-tiba terdengar teriakan Mimi.
“Aaaa! Aku jatuh ke semak duri!”
Tanpa pikir panjang, Ucil langsung melesat dari dahan.
Whoosh!
Ia melompat, melayang sebentar, lalu mendarat tepat di samping Mimi.
“Tenang, aku di sini,” katanya sambil menolong Mimi keluar.
Semua bertepuk tangan.
“Ucil! Kamu bisa terbang pendek!”
Ucil tersenyum malu. “Aku kira aku nggak bisa… aku cuma takut jatuh.”
Lala tersenyum. “Keberanian itu bukan tak punya takut. Tapi tetap bergerak meski takut.”