Pagi itu, matahari bersinar cerah di Hutan Ceria. Bimo si beruang kecil bangun dari tidurnya dengan perut keroncongan.
“Hmm… enaknya makan apa ya?” gumamnya sambil menggaruk-garuk perut.
Tiba-tiba ia mencium aroma manis dari kejauhan. “Madu! Pasti ada sarang lebah dekat sungai!”
Tanpa pikir panjang, Bimo berlari ke pohon besar tempat sarang lebah menggantung.
Ia mengendap-endap lalu mengambil ranting panjang.
“Hihi, aku cuma ambil sedikit, kok…” katanya sambil menyodok sarang lebah.
Bzzz!
Puluhan lebah keluar dan terbang berputar-putar.
“Waaah! Marah beneran! Lariii!” teriak Bimo panik.
Ia terjun dari pohon dan kabur ke semak-semak.
Brukk!
“Aw! Aduh… duri semua…”
Saat itulah datang Ucil si tupai kecil.
“Bimo, kamu kenapa?”
“Aku cuma pengen madu… tapi lebahnya marah…” jawab Bimo lesu.
Ucil menghela napas. “Ya iyalah, kamu ganggu rumah mereka. Kalau sabar, kita bisa cari madu sisa yang jatuh.”
Ucil mengajak Bimo ke bawah pohon lain. Mereka menemukan sedikit madu yang menetes ke batu.
Sambil makan bersama, Bimo tertawa. “Ternyata sabar itu enak, ya…”