DONAT BUDE SARI

(Tema: Cinta Tanah Air & Sila ke-3: Persatuan Indonesia)

Setiap hari Sabtu, SD Nusantara punya acara Jumat Bersih dan Sabtu Jajan. Di hari Sabtu, semua siswa boleh membawa makanan khas daerah untuk dijual di kelas. Seru banget! Ada lemper, onde-onde, batagor, bahkan papeda!

Minggu ini, Alif membawa donat buatan Bude Sari, tetangganya yang berasal dari Ambon. “Donatnya beda, rasanya gurih dan ada abon di atasnya!” kata Alif bangga.

Tapi saat ia mulai menawarkan, beberapa teman malah tertawa. “Hah? Donat pakai abon? Itu makanan aneh!” seru Dito.

Alif menunduk. “Tapi ini khas Ambon. Enak, lho…”

Beberapa anak lain ikut mencibir. Hanya satu-dua yang mau coba. Alif jadi malu dan ingin pulang cepat.

Sore harinya, Ibu Guru Reni mengumumkan: “Minggu depan, kita adakan Festival Makanan Nusantara! Kalian semua wajib bawa makanan khas dari daerah asal keluarga kalian. Dan kita semua WAJIB mencicipi satu sama lain.”

Seminggu berlalu. Kelas jadi penuh warna. Ada pempek dari Palembang, gudeg dari Jogja, rendang dari Padang, hingga mi cakalang dari Manado. Meja penuh makanan unik dan aroma menggoda.

Saat giliran Alif maju, ia bawa donat abon buatan Bude Sari lagi.

“Coba, yuk!” ajaknya pelan.

Semua anak diwajibkan mencoba, termasuk Dito. Ia sempat ragu, tapi akhirnya menggigit satu.

“Loh… ini enak banget! Gurihnya beda! Ada manis, asin, dan wangi bawangnya khas!”

Alif tertawa kecil. “Namanya donat abon Ambon. Memang resep khas keluarga Bude.”

Anak-anak lain ikut mencoba dan akhirnya ketagihan. Dito pun minta maaf.

“Maaf ya, Lif. Ternyata aku salah. Makanan tiap daerah tuh unik. Kita harus bangga, bukan malah ngeledek.”

Ibu Reni tersenyum dari belakang kelas.

“Nah, itu baru semangat Pancasila! Persatuan bukan berarti semua harus sama. Tapi kita saling menghargai dalam perbedaan.”

Alif pun berdiri lebih tegak. Hari itu, ia tak hanya bangga membawa donat. Ia juga membawa rasa cinta pada tanah air—lewat rasa.


Tag: cerita anak, cinta tanah air, Pancasila, persatuan Indonesia, makanan daerah, toleransi, keberagaman budaya, siswa SD, pendidikan karakter, makanan tradisional