CERITA LEGENDA: GUNUNG BROMO

Gunung Bromo, salah satu gunung berapi paling terkenal di Indonesia yang terletak di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, memiliki sejuta pesona yang tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga menyimpan beragam legenda dan mitos yang kaya. Salah satu legenda yang paling terkenal adalah kisah tentang Roro Anteng dan Joko Seger.

Di suatu waktu, di kerajaan Majapahit, hiduplah sepasang kekasih bernama Roro Anteng, seorang putri cantik asal Tengger, dan Joko Seger, seorang pemuda pemberani. Mereka sangat mencintai satu sama lain dan ingin menghabiskan sisa hidup mereka bersama dalam kebahagiaan. Namun, mereka menyadari bahwa desa mereka sering dilanda kekeringan dan bencana alam, yang mengancam kehidupan masyarakat.

Mereka berdoa kepada Sang Pencipta agar diberikan solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh rakyat. Dalam perjalanan, mereka memperoleh wahyu bahwa satu-satunya cara untuk mengakhiri penderitaan rakyat adalah dengan mengorbankan putra mereka yang pertama kepada Gunung Bromo, yang dianggap sebagai dewa pelindung.

Korban Pertama

Setelah beberapa lama, Roro Anteng dan Joko Seger dianugerahi anak pertama yang mereka beri nama Kusuma. Meskipun merasa berat hati, mereka tidak bisa mengabaikan wahyu itu. Mereka mempersiapkan segalanya, selama beberapa waktu mengadakan syukuran dan mengundang warga desa untuk turut menyaksikan ritual pengorbanan tersebut.

Ketika saatnya tiba, keadaan menjadi sangat emosional. Roro Anteng dan Joko Seger berdoa dengan sepenuh hati, melepaskan putra mereka ke dalam kawah Gunung Bromo. Namun, saat mereka hendak meletakkan Kusuma, tiba-tiba saja muncul suara dari kawah yang membuat mereka terkejut.

Suara itu meminta agar mereka tidak mengorbankan putra mereka. Mengingat kesedihan yang akan mereka bawa, para dewa akhirnya memutuskan untuk mengampuni mereka. Joko Seger dan Roro Anteng bersyukur, tetapi tidak lupa untuk memanjatkan doa dan syukur kepada dewa yang telah mendengarkan mereka.

Ritual Yadnya Kasada

Sejak hari itu, sebagai ungkapan syukur, masyarakat Tengger menjalankan ritual tahunan yang dikenal sebagai Yadnya Kasada. Dalam ritual ini, masyarakat Tengger akan memanjatkan doa dan menawarkan hasil bumi, kerbau, dan barang-barang lainnya sebagai tanda terima kasih kepada dewa dan untuk memohon berkah atas kehidupan mereka.

Ritual ini dilaksanakan setiap tahun pada bulan Kasada (bulan ke-12 dalam kalender Jawa) dan semakin populer di kalangan wisatawan dan pelancong. Masyarakat Tengger percaya bahwa dengan melakukan ritual tersebut, mereka akan mendapatkan perlindungan dan berkah dari Gunung Bromo, serta menjaga hubungan baik dengan para dewa.

Makna Legenda

Legends Gunung Bromo mengajarkan kita tentang pentingnya pengorbanan, cinta, dan kepercayaan pada kekuatan yang lebih besar. Selain itu, cerita ini mencerminkan kearifan lokal dan hubungan masyarakat dengan alam, serta rasa syukur tanpa henti kepada Sang Pencipta.

Gunung Bromo pun menjadi simbol harapan dan kebangkitan, dengan keindahan alamnya yang memukau dan kemegahan kawah yang tak tertandingi, menjadi saksi bisu perjalanan cinta Roro Anteng dan Joko Seger serta perjalanan sejarah masyarakat Tengger. Sebuah tempat yang tidak hanya menawarkan pesona alam, tetapi juga kaya akan nilai-nilai budaya dan tradisi yang mendalam.