Babak 8: Tawaran Damai yang Berdarah

Latar: Awal November 1945, Surabaya. Upaya negosiasi antara rakyat dan Sekutu. Gubernur Suryo berperan sebagai jembatan damai. Namun sejarah mencatat: justru darah yang tumpah. Jenderal Mallaby tewas. Ledakan baru dalam sejarah Indonesia.


🎥 Tata Panggung:

  • Kiri: Ruang rapat sederhana, meja panjang, Gubernur Suryo duduk berdampingan dengan utusan Sekutu
  • Tengah: Jalan besar Surabaya, barikade tetap berdiri, pemuda berjaga
  • Kanan: Mobil jip Jenderal Mallaby, dikelilingi kerumunan massa
  • Latar belakang: Proyeksi asap, api, dan siluet pertempuran sebelumnya

👥 Tokoh-Tokoh:

  • Gubernur Suryo
  • Letda Suroso
  • Harun & Sidik
  • Jenderal Mallaby
  • Perwira Sekutu dan Tentara NICA
  • Narator

🎬 ADEGAN DIMULAI:

Adegan 1: Meja Perundingan

(Kiri panggung. Gubernur Suryo bicara tegas namun diplomatis. Jenderal Mallaby berusaha menenangkan suasana. Letda Suroso mendampingi, tegang.)

GUB. SURYO:
Rakyat Surabaya bukan pemberontak. Mereka hanya ingin mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan.

JEND. MALLABY:
Kami datang bukan untuk menjajah kembali. Tapi situasi harus dikendalikan.

LETD. SUROSO (dingin):
Jika Sekutu benar datang membawa damai, mengapa kalian tetap bersenjata?


Adegan 2: Kekacauan di Jalanan

(Tengah panggung. Harun dan Sidik mengatur pemuda yang mulai gelisah. Terlihat mobil Jenderal Mallaby melintasi kerumunan.)

HARUN:
Mereka bilang damai… tapi tentara mereka tetap berjaga dengan senapan.

SIDIK:
Kita tidak akan menyerang. Tapi jika mereka mulai duluan, Surabaya akan menyala lagi!

(Teriakan terdengar dari sisi kanan. Mobil Mallaby dikepung. Letusan tembakan! Api! Mobil meledak.)


Adegan 3: Kematian Mallaby

(Kanan panggung. Cahaya fokus pada kobaran api dari jip yang meledak. Musik mendadak hening. Semua menatap diam. Gubernur Suryo masuk, wajah terpukul.)

GUB. SURYO (pelan):
Mallaby… tewas. Dan besok, seluruh dunia akan menatap Surabaya dengan mata marah.

(Letda Suroso berdiri perlahan, wajah penuh luka batin.)

LETD. SUROSO:
Maka biarlah dunia tahu… rakyat kecil pun bisa mengguncang kekuatan besar… karena kami punya yang tidak mereka punya: hati.


🎵 Musik dan Cahaya:

Musik lirih, sendu. Gamelan lembut berpadu bunyi lonceng. Cahaya merah-oranye menyapu panggung seperti senja. Rakyat berdiri diam, menatap ke arah bendera merah putih yang tetap berkibar.


📜 Narator Menutup Drama:

NARATOR (suara berat):

Insiden Hotel Yamato adalah nyala kecil. Tapi ledakan sesungguhnya lahir di jalan-jalan Surabaya.
Ketika diplomasi gagal, dan ketika nyawa melayang di medan damai—maka revolusi tak bisa dihindari.
10 November akan datang… dan dunia akan melihat: Surabaya tidak menyerah.


TIRAI TURUN – DRAMA SELESAI