Babak 7: Pesta Rakyat Merdeka

Latar: 17–19 Agustus 1945. Hari-hari setelah proklamasi. Berbagai tempat di Jakarta—dari lapangan-lapangan kecil, kampung, hingga Gedung Pegangsaan Timur. Rakyat menyambut kemerdekaan dengan cara mereka sendiri: penuh haru, penuh semangat.

⛰️ Tata Panggung:

  • Kiri: Rumah-rumah rakyat dengan bendera merah putih sederhana dari sobekan kain.
  • Tengah: Pegangsaan Timur 56, kini menjadi tempat berkumpulnya rakyat dan tokoh-tokoh bangsa.
  • Kanan: Lapangan kampung, panggung sederhana dengan pertunjukan rakyat—wayang, lenong, dan orkes keroncong.

👤 Tokoh:

  • Soekarno
  • Fatmawati
  • Hatta
  • Warga: Ibu-Ibu, Pemuda, Anak-anak
  • Kelompok Seni Rakyat
  • Narator
  • Pemuda pengibar bendera
  • Pengrajin bendera
  • Tukang becak, pedagang, buruh

🎙️ Adegan Dimulai:

(Di sisi kiri. Seorang ibu sedang menjahit kain putih dan merah.)

IBU 1
Kain ini sisa kelambu. Merahnya dari selendang ibu tua. Tapi kalau jadi bendera, rasanya mewah…

ANAK
Bu, kalau kita merdeka, aku boleh sekolah tiap hari?

IBU 1
(tersenyum)
Insya Allah, Nak. Ini tanah kita sekarang.


(Tengah panggung. Pegangsaan Timur mulai ramai. Warga berbaris, menyerahkan makanan dan hadiah kecil pada Bung Karno.)

WARGA 2
(maju dengan nasi tumpeng)
Ini dari kami, Bung. Tak banyak, tapi dari hati yang lega!

SOEKARNO
(menerima dengan haru)
Terima kasih. Kalianlah yang sejatinya memerdekakan negeri ini.

(Fatmawati mendekap bayi kecil sambil tersenyum melihat rakyat.)


(Kanan panggung. Pesta rakyat dimulai. Anak-anak berlarian, pemuda memukul kentongan, musik keroncong dimainkan.)

PELAKON LENONG
(dengan semangat)
Dulu tanah dijarah, sekarang tanah kita! Dulu lidah dibungkam, sekarang bebas tertawa!

WARGA LAIN
Sorak sorai! Hidup Indonesia! Merdekaaa!


Adegan Penuh Haru dan Kegembiraan:

(Siluet pemuda memanjat tiang bambu, mengibarkan bendera merah putih buatan tangan.)

NARATOR

“Tak ada peluru yang meledak. Tak ada parade militer. Tapi pagi itu, di tiap kampung, tiap pojok negeri, mekar merah putih dari kain sisa dan semangat yang menyala. Kemerdekaan adalah pesta yang ditunggu berabad-abad lamanya.”


(Soekarno dan Hatta berjalan perlahan menyusuri kerumunan rakyat. Anak-anak mengekor di belakang, mengibarkan bendera kecil.)

HATTA
Lihat wajah mereka, Karno. Inilah harga dari setiap kalimat yang kita ucapkan kemarin.

SOEKARNO
Dan beban dari setiap harapan mereka. Tapi aku siap, Bung. Kita semua harus siap.


🎵 Musik Latar:

Instrumen gamelan ringan, diselingi keroncong gembira dan suara riuh rakyat. Di akhir, orkes kecil memainkan lagu “Indonesia Raya” dengan alat musik seadanya.


(Lampu panggung meredup perlahan, hanya menyisakan siluet rakyat dengan bendera dan anak-anak yang menari kecil.)


BABAK BERAKHIR