Latar: Akhir Oktober hingga awal November 1945. Ketegangan antara rakyat Surabaya dan Sekutu meledak. Baku tembak pecah. Kota menjadi lautan perlawanan. Suara rakyat melawan dentuman meriam.
🎥 Tata Panggung:
- Kiri: Sudut kampung Surabaya yang dijadikan basis pertahanan rakyat
- Tengah: Jalan besar kota dengan barikade bambu runcing, ban terbakar
- Kanan: Pos komando tentara Sekutu dan tank yang bersiap menyerang
- Latar belakang: Layar proyeksi menampilkan gedung-gedung yang terbakar dan siluet perlawanan
👥 Tokoh-Tokoh:
- Letda Suroso – Komandan rakyat
- Harun & Sidik – Kini tokoh inspiratif yang memimpin barisan
- Bu Lestari – Tetap hadir menguatkan semangat
- Tentara Sekutu & Perwira NICA
- Narator
🎬 ADEGAN DIMULAI:
Adegan 1: Detik Menjelang Pertempuran
(Suasana tegang. Rakyat dan pemuda berjaga dengan bambu runcing. Bu Lestari membagikan air dan makanan.)
LETD. SUROSO:
Hari ini bukan hanya tentang tanah ini. Ini tentang siapa kita… dan siapa yang akan menulis masa depan kita!
HARUN (dengan semangat):
Kita bukan pasukan terlatih. Tapi kita punya satu hal yang mereka tidak punya—tekad untuk merdeka!
SIDIK:
Kalau harus mati… lebih baik mati di jalan ini, dengan kepala tegak!
Adegan 2: Dentuman Pertama
(Lampu mendadak redup, lalu suara ledakan keras menggema. Lampu sorot menyinari tembakan, kobaran api, dan teriakan rakyat.)
TENTARA SEKUTU (berteriak):
Mundur! Mereka bertahan lebih keras dari yang kita kira!
(Tank mulai masuk ke tengah panggung. Letda Suroso memberi aba-aba. Harun dan Sidik menyerang balik dengan bom molotov buatan sendiri.)
HARUN:
Untuk Indonesia!
(Bom dilempar, meledak di dekat tank. Rakyat bersorak.)
Adegan 3: Rakyat Bangkit
(Musik perlawanan mengalun. Rakyat keluar dari balik panggung, membawa bambu runcing, bendera, dan obor. Mereka bernyanyi lagu “Maju Tak Gentar”.)
BU LESTARI (menangis sambil tertawa):
Anak-anak muda ini… mereka bukan tentara… tapi mereka pasukan terhebat negeri ini!
🎵 Musik dan Cahaya:
Musik gamelan dikombinasikan dengan suara ledakan, dentuman drum, dan nyanyian perjuangan. Cahaya berkedip menyerupai kilatan tembakan dan api. Bendera merah putih terus berkibar di latar.
📜 Narator Menutup Babak:
NARATOR (suara latar):
Surabaya terbakar. Tapi bukan karena kalah. Ia menyala karena cinta yang membakar—cinta pada tanah air, cinta pada kemerdekaan. Di jalan-jalan itulah lahir Indonesia yang tak bisa dibungkam.
BABAK BERAKHIR