Latar: Jumat pagi, 17 Agustus 1945, di rumah Soekarno di Pegangsaan Timur No. 56. Para tokoh, pemuda, rakyat biasa mulai berdatangan. Upacara pengibaran bendera sederhana disiapkan. Proklamasi akan dikumandangkan untuk pertama kalinya.
⛰️ Tata Panggung:
- Kiri: Halaman depan rumah Pegangsaan — tiang bendera dari batang bambu, kerumunan warga, suasana gugup namun khidmat.
- Tengah: Beranda rumah — Soekarno berdiri, meja kecil dengan mikrofon seadanya.
- Kanan: Sudut dalam rumah — Fatmawati memegangi bendera, suasana persiapan tergesa.
👤 Tokoh:
- Soekarno
- Mohammad Hatta
- Fatmawati
- Sukarni
- Sayuti Melik
- Ibu-ibu dan warga
- Pemuda: Chaerul Saleh, Wikana, Daan Yahya
- Narator
- Paduan suara (opsional)
🎙️ Adegan Dimulai:
(Lampu menyala pelan. Suasana fajar. Burung berkicau. Warga berdatangan perlahan. Seorang ibu membawa anaknya, pemuda menyapu pelataran.)
IBU-IBU
(berbisik)
Apa benar Bung Karno akan memproklamasikan kemerdekaan di sini? Tak ada pasukan… tak ada tentara?
PEMUDA
(pelan tapi yakin)
Yang ada hanya rakyat. Dan itu cukup.
(Fatmawati di dalam rumah, merapikan bendera merah putih yang dijahitnya semalaman. Ia menatap dengan haru.)
FATMAWATI
(berbisik)
Merah dari selendangku… putih dari kain Guntur. Hari ini… benderaku akan berdiri.
(Soekarno dan Hatta keluar ke beranda. Warga langsung hening. Sukarni menyerahkan naskah proklamasi. Sayuti Melik memegang pengeras suara buatan.)
SOEKARNO
(dengan suara parau tapi penuh keyakinan)
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air…
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia…
(Seluruh panggung hening. Warga menunduk. Ibu-ibu menangis. Beberapa pemuda menggenggam tangan.)
SOEKARNO
…Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Djakarta, 17 Agustus 1945
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno – Hatta
(Bendera perlahan dikibarkan. Ibu Fatmawati berdiri tegar, tangannya sedikit gemetar. Semua mata tertuju ke tiang bambu.)
SAYUTI MELIK
(tahan tangis)
Merah… putih… naiklah. Bangkitlah, bangsaku…
(Paduan suara menyanyikan “Indonesia Raya” tanpa iringan musik. Semua berdiri tegak. Lampu sorot perlahan menyapu wajah rakyat biasa yang penuh air mata.)
🎵 Musik Latar:
Lagu “Indonesia Raya” dinyanyikan perlahan, acapella. Tiap bait diiringi sorot ke wajah-wajah rakyat.
NARATOR
“Tanpa tembakan kehormatan. Tanpa bendera dari istana. Kemerdekaan Indonesia lahir dalam kesederhanaan… tapi dengan semangat yang mengguncang dunia. Hari itu, bumi Indonesia tak lagi dijajah—setidaknya di hati rakyatnya.”
(Lampu pelan-pelan padam, menyisakan cahaya pada bendera merah putih yang kini berkibar perlahan di tengah panggung.)
BABAK BERAKHIR