Latar: Malam hingga subuh, 16 Agustus 1945. Rumah Soekarno dan lokasi di Rengasdengklok, Karawang. Golongan muda mengambil tindakan drastis: membawa Soekarno-Hatta ke luar kota demi satu tujuan—proklamasi.
⛰️ Tata Panggung:
- Kiri: Rumah Soekarno, suasana dini hari, lampu temaram.
- Tengah: Jalan sepi menuju Rengasdengklok, dengan proyeksi suasana malam pedesaan.
- Kanan: Rumah di Rengasdengklok—sederhana, beratap rendah, meja dan kursi kayu. Ada bendera merah putih tergantung.
👤 Tokoh:
- Soekarno
- Mohammad Hatta
- Sukarni
- Wikana
- Jusuf Kunto
- Daan Yahya
- Fatmawati
- Narator
🎙️ Adegan Dimulai:
(Lampu sorot ke rumah Soekarno. Fatmawati sedang membungkus pakaian bayi. Guntur dibedong. Soekarno dan Hatta duduk di ruang tamu, masih berdiskusi.)
FATMAWATI
(hampir menangis)
Kenapa mereka mendesakmu terus, Bung? Tak cukupkah kau korbankan hidupmu selama ini?
SOEKARNO
(sambil menatap Guntur)
Inilah beban zaman, Fat. Mungkin anak kita akan lahir dalam kemerdekaan… atau dalam kekacauan.
(Tiba-tiba suara ketukan keras. Sukarni dan Jusuf Kunto masuk cepat.)
SUKARNI
Maaf, Bung Karno. Bung Hatta. Kami tak bisa menunggu lagi. Kita akan berangkat… sekarang.
HATTA
(terkejut)
Berangkat ke mana?
JUSUF KUNTO
Rengasdengklok. Tempat aman. Di sana tak ada Jepang. Hanya kami, pemuda-pemuda yang siap mati demi republik.
FATMAWATI
(dengan panik)
Bung Karno sedang sakit! Anak kami masih kecil! Kalian ini gila?
WIKANA
(tegas tapi hormat)
Kami tahu ini tak sopan. Tapi sejarah tidak menunggu kesopanan. Kami… hanya ingin Bung Karno jadi Proklamator, bukan jadi tawanan Jepang atau boneka siapa pun.
(Lampu padam sejenak. Suara mobil melaju di jalan malam. Proyeksi latar bergerak menampilkan sawah-sawah dan suasana sunyi.)
(Lampu menyala perlahan di rumah Rengasdengklok. Soekarno dan Hatta duduk, dikelilingi pemuda. Jusuf Kunto menjaga di luar.)
SOEKARNO
(lelah, tapi suaranya mantap)
Jadi kalian membawa kami kemari… untuk mendesak kami?
DAAN YAHYA
(tunduk hormat)
Bukan mendesak, Bung. Tapi menyelamatkan. Dari Jepang, dari keraguan. Kami ingin memastikan: besok… Indonesia merdeka.
(Hening sejenak. Hatta berdiri, menatap para pemuda.)
HATTA
Jika kalian berharap kemerdekaan lahir dari tekanan, kalian salah. Tapi jika ini demi membuktikan kesungguhan, kami mendengar.
SOEKARNO
(bangkit, menatap mereka satu-satu)
Baik. Tapi kita tidak akan menyatakannya di sini. Kita kembali ke Jakarta. Kita siapkan teks. Kita sampaikan dengan bermartabat. Indonesia… akan merdeka.
🎵 Musik Latar:
Nada heroik mulai naik perlahan. Semangat baru mulai tumbuh.
NARATOR
“Rengasdengklok bukan sekadar tempat pengasingan. Ia adalah ruang suci tempat keberanian diuji dan keteguhan diuji balik. Di sinilah para tokoh bangsa diuji bukan hanya oleh musuh… tapi oleh bangsanya sendiri.”
BABAK BERAKHIR