Babak 2: Janji Palsu Sekutu

Latar: Awal Oktober 1945. Balai desa Ambarawa yang sederhana. Bendera Merah Putih berkibar. Warga berkumpul. Di kejauhan, suara truk militer mulai terdengar. Ketegangan merayap.

⛰️ Latar Panggung:

  • Tengah: Balai desa dengan mimbar kayu, papan pengumuman, dan meja bulat.
  • Kanan: jalan desa, tempat datangnya tamu tak diundang.
  • Kiri: kerumunan warga, ada tentara TKR dan tokoh masyarakat.

👤 Tokoh-tokoh tambahan:

  • Letnan Smith: Perwira Inggris, fasih sedikit berbahasa Melayu. Sikapnya ramah tapi sinis.
  • Kapten van der Velde: Perwira NICA, Belanda. Berbicara tajam dan meremehkan.
  • Mayor Isdiman: Komandan TKR daerah, tegas, tenang.
  • Warga Desa: Ekstra yang merespons situasi (bergumam, berteriak, berbisik).

🎙️ Dialog dan Aksi:

(Suara truk berhenti. Letnan Smith dan Kapten van der Velde turun bersama tentara Inggris dan Belanda bersenjata lengkap.)

LETNAN SMITH
(Sambil tersenyum lebar)
Selamat siang, Tuan-Tuan. Kami datang sebagai sahabat. Kami hanya ingin mengambil tawanan Jepang dan menjaga ketertiban…

KAPTEN VAN DER VELDE
(sambil menatap tajam ke arah bendera merah putih)
Dan memulihkan keadaan. Hindia Belanda tetap milik Kerajaan Belanda.

(Warga mulai gaduh. Mayor Isdiman berdiri dari kursinya dan menatap tajam.)

MAYOR ISDIMAN
(tegas)
Kami Republik Indonesia. Sudah merdeka sejak 17 Agustus. Anda tamu di tanah kami. Kami hormati niat baik… tapi jangan uji kesabaran kami.

LETNAN SMITH
(mengangkat tangan, meredakan)
Tentu, tentu. Kami hanya sementara di sini. Kami tidak ingin konflik…

KAPTEN VAN DER VELDE
(memotong kasar)
…selama kalian tahu tempat kalian. Kami akan membebaskan tentara KNIL dari kamp Jepang. Mereka akan kami bentuk kembali. Untuk ketertiban.

(Sukro berdiri dari kerumunan, marah.)

SUKRO
(berteriak)
Jadi kalian datang bukan untuk perdamaian! Kalian datang bawa bedil, dan sekarang mau hidupkan KNIL? Itu penjajah!

MBAK SITI
(mendorong Sukro kembali duduk)
Ssst, jangan sekarang. Belum waktunya. Tapi benar dia…

(Mayor Isdiman tetap tenang, tapi nadanya mulai menekan.)

MAYOR ISDIMAN
Kami tak bisa biarkan Anda menyebarkan pasukan ke kampung-kampung. Jika Anda tetap memaksa… kami juga akan bertindak.

LETNAN SMITH
(berpura-pura tersinggung)
Tuan, kami Sekutu. Kami datang atas nama dunia. Kami bukan penjajah.

MAYOR ISDIMAN
(sinikal)
Tapi kalian duduk di truk yang sama dengan penjajah.

(Ketegangan meninggi. Musik latar mulai gelap dan berdenyut.)

NARATOR
(suara dalam, berat)
“Janji yang diucapkan dengan senyum… bisa lebih tajam dari peluru. Di hari itu, rakyat Ambarawa tahu: perang belum usai. Ia hanya berganti wajah.”

(Letnan Smith dan Kapten van der Velde berjalan keluar. Tentara mereka tetap siaga. Warga membentuk lingkaran. Pak Lurah Raji mendekat Mayor Isdiman.)

PAK LURAH RAJI
(gugup)
Mayor… apa kita harus lawan mereka?

MAYOR ISDIMAN
(datar)
Kalau tanah ini mau mereka ambil lagi… kita tidak punya pilihan. Ambarawa akan jadi ladang api.

BABAK BERAKHIR
(Lampu padam. Suara langkah tentara dan gemuruh kentongan dari kejauhan mulai terdengar.)