Latar: Rumah Soekarno di Pegangsaan Timur 56, malam hari. Pemuda datang membawa desakan. Soekarno dan Hatta terjaga, suasana berubah tegang.
⛰️ Tata Panggung:
- Tengah: Ruang tamu rumah Soekarno. Kursi rotan, lampu gantung kuning temaram. Peta besar Nusantara di dinding.
- Kanan: Halaman rumah, tempat para pemuda berkumpul sebelum masuk.
- Kiri: Kamar belakang, tempat Fatmawati menidurkan Guntur (suara bayi samar).
👤 Tokoh:
- Soekarno
- Mohammad Hatta
- Wikana
- Sukarni
- Chairul Saleh
- Fatmawati (suara)
- Ahmad Subardjo (masuk belakangan)
- Narator
🎙️ Adegan Dimulai:
(Lampu menyala perlahan. Soekarno duduk di kursi, menulis. Hatta berdiri memandang ke luar jendela.)
SOEKARNO
(suara lirih)
Kita telah sampai di ujung jalan panjang, Bung Hatta. Tapi justru di titik ini… semuanya jadi kabur.
HATTA
Tenang, Bung Karno. Kita harus hati-hati. Jepang masih bersenjata. Kalau kita sembrono, rakyat bisa jadi korban.
(Suara langkah cepat di luar. Sukarni, Wikana, dan Chairul Saleh masuk tanpa menunggu izin.)
WIKANA
(tegas, menatap langsung Soekarno)
Maaf, Bung Karno. Kami tak bisa menunggu lebih lama. Jepang sudah menyerah. Rakyat menanti satu kata: Merdeka.
SUKARNI
(gelisah)
Setiap jam kita menunda… Belanda makin dekat. Sekutu akan masuk. Kalau kita tak proklamirkan sekarang… itu artinya kita menyerah tanpa melawan.
SOEKARNO
(tegas, tapi tenang)
Apa kalian pikir revolusi ini seperti menyalakan petasan malam tahun baru?
CHAIRUL SALEH
(berseru)
Kami tidak main-main, Bung. Kami hanya tak mau bangsa ini kehilangan momentum. Jangan biarkan kemerdekaan lahir dari hasil diplomasi… tapi dari keberanian.
(Ketegangan membeku. Hatta mencoba menengahi.)
HATTA
Kami bukan tidak ingin merdeka, tapi kita butuh jaminan. Jepang mungkin sudah kalah, tapi tentaranya masih bisa menembaki rakyat. Kalian siap menanggung itu?
WIKANA
(suara rendah tapi tajam)
Kami sudah siap mati… yang kami takutkan justru jika para pemimpin kami ragu-ragu.
(Suara bayi menangis dari belakang panggung. Fatmawati berseru lembut.)
FATMAWATI
Sudah malam, Bung. Jangan bicara keras-keras. Guntur sedang tidur…
(Ahmad Subardjo masuk dari sisi kiri, buru-buru.)
SUBARDJO
Ada berita… Jepang menyerah. Tapi belum ada perintah dari Tokyo untuk pasukan di sini. Artinya: situasi tak pasti, tapi juga belum ada larangan.
SOEKARNO
(diam sejenak, lalu berkata mantap)
Baik. Kita akan pikirkan ini malam ini. Tapi jangan paksa kami. Ini bukan tentang keberanian… ini tentang tanggung jawab pada jutaan nyawa.
🎵 Musik Latar:
Nada tegang. Petikan senar lambat.
(Lampu perlahan meredup. Pemuda-pemuda keluar dengan wajah kecewa. Soekarno dan Hatta saling berpandangan.)
NARATOR
“Antara desakan dan keraguan, malam itu Jakarta tidak benar-benar tidur. Di dalam rumah kecil itu, keputusan besar sedang bergumul dengan sejarah.”
BABAK BERAKHIR