Latar: Minggu pertama September 1945. Kota Surabaya. Suasana haru dan penuh semangat setelah Proklamasi 17 Agustus, tetapi masih penuh ketegangan dan ketidakpastian.
🎥 Tata Panggung:
- Kiri: Rumah-rumah rakyat sederhana, pasar kecil, dan posko pemuda.
- Tengah: Lapangan dan tugu sederhana bertuliskan “MERDEKA!”
- Kanan: Gedung kolonial setengah rusak, bekas markas Jepang yang kini jadi pos rakyat.
👥 Tokoh-Tokoh Utama yang Diperkenalkan:
- Harun, pemuda pergerakan berani dan idealis
- Sidik, organisator rakyat dan tokoh pemuda lokal
- Bu Rukiyah, ibu penjual nasi yang menjadi sumber berita dan semangat
- Pak Hasan, guru tua dan saksi zaman
- Narator (suara latar, bukan karakter aktif)
🎬 ADEGAN DIMULAI:
(Lampu menyala. Narator bicara dari belakang panggung.)
NARATOR (suara latar):
Surabaya, awal September 1945. Kota ini belum sempat beristirahat. Proklamasi sudah dikumandangkan. Namun bayang-bayang kekuasaan lama masih menempel di tembok-tembok kota. Jepang belum benar-benar pergi. Belanda hendak kembali. Tapi rakyat… rakyat telah bangkit.
🎭 Adegan 1: Suasana Kampung
(Di kiri panggung, warga berkumpul di warung Bu Rukiyah. Radio tua berbunyi lirih.)
BU RUKIYAH:
Ini radio ngomong terus soal Jakarta. Tapi kapan Surabaya mulai bicara sendiri?
HARUN: (dengan semangat)
Kita tidak butuh menunggu, Bu. Kita sudah merdeka. Sekarang saatnya kita jaga!
PAK HASAN:
Proklamasi itu baru permulaan. Penjajahan tidak akan hilang hanya karena pidato. Tapi… semangat bisa menjadikannya nyata.
🎭 Adegan 2: Pemuda Bersiap
(Di posko pemuda. Harun dan Sidik menggambar pamflet “Rakyat Surabaya Bersatu!” dan membagikan selebaran.)
SIDIK:
Jangan pikir mereka akan tinggal diam. Jepang sedang menunggu instruksi. Belanda… mereka akan datang dengan bendera lagi.
HARUN: (menatap langit)
Kalau mereka datang… kita tunjukkan, bendera merah putih bukan hanya kain. Tapi darah dan nyawa kita.
🎭 Adegan 3: Simbol-Simbol Baru
(Warga mulai mengganti plakat, menurunkan papan-papan Jepang, dan menaikkan bendera merah putih di berbagai sudut panggung.)
ANAK KECIL:
Pak! Bendera kita sudah di sana! Di tiang tinggi!
BU RUKIYAH: (tersenyum haru)
Merah darahku… putih tulangku…
🎵 Musik dan Cahaya:
Instrumen gamelan dan orkes sederhana mengiringi warga menyanyikan penggalan lagu “Indonesia Raya.” Lampu panggung berubah keemasan. Semangat kemerdekaan menyala di wajah-wajah rakyat.
📜 Narator Menutup Babak:
NARATOR (suara latar):
Surabaya bersiap. Bukan dengan senjata, tapi dengan tekad. Mereka belum tahu akan ada api besar di depan. Tapi semangat mereka sudah lebih panas dari peluru.
BABAK BERAKHIR