Latar: Kota Angkasa Jayengratna – alun-alun pusat dengan ribuan warga galaksi berkumpul. Layar besar menampilkan siaran darurat. Arya Sagara baru mendarat dengan kapal kecilnya, diapit oleh dua prajurit setia: LINTANG dan MAJA.
WARGA (berbisik-bisik):
Itu dia… Sang Pewaris.
Tapi… katanya ia membocorkan posisi Ruwat Jagat ke Kaladruna?
ARYA SAGARA:
(naik ke panggung megah, bersuara lantang)
Rakyat Jayengratna! Aku kembali membawa harapan.
Keris Saptalungit telah kembali menyatu dalam darahku.
Tapi kita telah dikhianati… bukan oleh musuh di luar,
melainkan oleh bayangan dalam tubuh sendiri!
(Tiba-tiba layar besar menampilkan rekaman manipulatif: Arya terlihat bertemu sosok misterius (RAKAI GUNAWAN dalam penyamaran holografik), lalu menyerahkan peta bintang. Semua adalah manipulasi.)
WARGA:
(riuh, penuh kemarahan)
Pengkhianat!
Pewaris palsu!
Dia bawa kehancuran!
LINTANG:
(berbisik pada Arya)
Ini jebakan. Visual itu hasil rekayasa.
Mereka kendalikan narasi sebelum kau sempat bicara.
MAJA:
Kita harus kabur, Arya. Mereka akan memburumu atas nama hukum!
ARYA SAGARA:
(berdiri tegar, meski matanya mulai basah)
Aku tak akan lari.
Jika kebenaran harus dibayar dengan nyawa… maka biarlah Jagat menyaksikan.
Aku bukan pemberontak…
Akulah pewaris yang tak pernah mereka inginkan!
(Tiba-tiba PRAMESWARI muncul dari langit dengan kendaraan terbang khas panglima. Ia menembakkan suar ke langit, membuat layar besar rusak.)
PRAMESWARI:
Cukup! Hentikan sandiwara ini!
Siapa pun yang percaya rekaman itu…
Telah dibutakan oleh ketakutan yang diciptakan para penguasa bayangan!
(Prajurit keamanan mulai berdatangan. Suasana semakin tegang. Arya berdiri di tengah kerumunan, setengah rakyat mencaci, setengah lainnya mulai ragu.)
PRAMESWARI (lantang):
Hari ini… kita tidak hanya menyaksikan pengkhianatan!
Tapi kita juga akan menentukan, siapa sebenarnya yang layak disebut penjaga jagat ini!
(Gamelan mengalun keras. Cahaya dari Keris Saptalungit mulai memancar dari tubuh Arya. Adegan ditutup dengan cahaya itu meledak dan layar menjadi putih.)