Seorang bapak meninggal dunia, meninggalkan warisan berupa sebidang tanah, beberapa ternak, dan perabot rumah.
Ketiga anaknya datang ke Abunawas, memohon agar warisan dibagi.
“Namun, tanah harus jatuh ke anak sulung, ternak untuk anak tengah, dan perabot untuk si bungsu,” kata mereka.
“Tapi ketiganya merasa tidak adil,” tambah anak-anak itu.
Abunawas berpikir sejenak lalu berkata,
“Aku punya cara agar semua puas. Mari kita buat sayembara.”
“Siapa yang paling pandai menulis surat cinta, dia yang mendapatkan semua warisan.”
Anak-anak pun berlomba menulis surat cinta dengan gaya masing-masing.
Setelah dibaca, Abunawas memberikan semua warisan kepada mereka bertiga secara bergantian—di hari yang berbeda—dengan syarat mereka harus saling menjaga dan berbagi hasil warisan.
Mereka pun setuju, karena kini warisan menjadi sumber kebersamaan, bukan perebutan.