5. Burung Hantu dan Serigala Kecil yang Ingin Cepat Dewasa

Di kaki gunung yang berselimut kabut, hiduplah seekor anak serigala bernama Loka. Ia punya impian besar—menjadi serigala paling kuat dan ditakuti di hutan, seperti ayahnya.

Setiap hari, Loka mencoba mengaum lebih keras, berlari lebih cepat, bahkan menantang binatang lain. Tapi hasilnya sering mengecewakan. Ia masih kecil, suaranya cempreng, kakinya pendek, dan tubuhnya belum kuat.

Suatu malam, ia duduk sendirian di tepi jurang, kecewa.
“Aku ingin jadi dewasa sekarang juga,” gerutunya. “Aku ingin dihormati!”

Burung Hantu Hanu mendengar gumaman itu dari atas pohon. Ia terbang turun dan bertengger di batu dekat Loka.

“Kenapa kau tergesa-gesa, Loka?” tanya Hanu lembut.

“Aku tak tahan jadi kecil terus. Semua menganggapku lemah. Aku ingin cepat dewasa dan hebat!”

Hanu menatap bintang.
“Pernahkah kau lihat pohon pinus tumbuh dalam semalam?”

Loka menggeleng.

“Pohon itu kuat karena ia tumbuh perlahan. Ia belajar menahan angin, haus, dan hujan. Akarnya masuk ke bumi, cabangnya menjulur ke langit. Waktu membuatnya kokoh.”

“Tapi aku ingin hasilnya sekarang!” keluh Loka.

Hanu tersenyum.
“Jika kau paksa bunga mekar sebelum waktunya, kelopaknya akan robek. Begitu juga dirimu, Loka. Semua kekuatan butuh waktu. Semua kebijaksanaan butuh luka. Semua kepercayaan butuh perjalanan.”

Loka terdiam. Angin malam menyentuh bulu-bulunya yang halus.

“Kau boleh bercita-cita besar, tapi jangan lupa menikmati tiap langkah kecil. Hari ini mungkin kau belum kuat. Tapi jika kau belajar sabar, suatu hari kau akan berdiri seperti ayahmu—bukan karena kau memaksakan, tapi karena kau tumbuh dengan layak.”

Loka menatap Hanu lama, lalu mengangguk pelan.

Sejak malam itu, Loka tak lagi tergesa. Ia belajar satu per satu: berburu dengan sabar, menjaga adiknya, dan memahami hutan. Dan ketika akhirnya ia dewasa, semua binatang menghormatinya—bukan karena ia paling kuat, tapi karena ia tahu kapan harus menunggu dan kapan harus bertindak.