4. Burung Hantu dan Katak yang Malu Suara Sendiri

Di dekat rawa yang sejuk dan tenang, tinggal seekor katak kecil bernama Koto. Setiap malam, teman-teman kataknya bernyanyi bersama:
“Kwak kwak kwaaak!”
Namun Koto hanya diam di balik batu.

Ia takut. Suaranya terdengar serak dan berbeda. Tidak semerdu teman-temannya.

Suatu malam, saat semua katak bernyanyi di bawah cahaya bulan, Koto menyingkir dan duduk sendiri. Ia menatap langit, sedih.

Dari atas pohon, Burung Hantu Hanu melihatnya. Ia turun perlahan, lalu bertanya,
“Kenapa kau tidak ikut bernyanyi, Koto?”

Koto menunduk. “Suaraku jelek, Hanu. Aku takut mereka menertawakanku.”

Hanu terdiam sebentar, lalu berkata,
“Apakah kau tahu kenapa bintang bersinar indah, Koto?”

Koto menggeleng.

“Karena mereka tidak mencoba bersinar seperti bulan. Mereka bersinar dengan caranya sendiri.”

Koto mengerutkan kening. “Tapi suara mereka merdu. Suaraku tidak.”

“Merdu menurut siapa?” tanya Hanu.
“Setiap suara di alam ini punya tempatnya. Air mengalir dengan gemericik, angin berdesir, dan katak… bernyanyi dengan suara unik masing-masing.”

Koto terdiam.

“Jika semua suara terdengar sama, dunia akan membosankan,” tambah Hanu.
“Kau tidak harus jadi seperti mereka. Jadilah dirimu. Nyanyikan suaramu, sekecil apa pun.”

Koto pun mengumpulkan keberaniannya. Malam itu, ia ikut bernyanyi.
Suaranya memang serak dan berbeda… tapi ia bernyanyi dengan jujur dan bahagia.

Ajaibnya, teman-temannya tersenyum dan menyambut suaranya.
“Kau akhirnya ikut bernyanyi, Koto!” seru mereka.

Sejak itu, Koto tak pernah malu lagi. Ia menyadari: suara dirinya bukan untuk dibandingkan, tapi untuk diterima. Karena keberanian menjadi diri sendiri… itulah nada terindah yang pernah ada.