Di sebuah hutan yang damai, Raja Hutan mengumumkan lomba baru untuk seluruh hewan: Lomba Membuat Lagu Alam! Lagu ini harus menggambarkan keindahan dan semangat hutan agar bisa dinyanyikan setiap pagi oleh para burung.
Kancil dan Kera sangat bersemangat. Mereka memutuskan ikut lomba itu bersama.
“Aku bisa bikin irama dengan daun-daun dan ranting,” kata Kera sambil menepuk pohon.
“Dan aku bisa menyusun lirik yang indah,” jawab Kancil sambil tersenyum penuh ide.
Mereka pun mulai bekerja. Kera menciptakan suara dari air yang menetes, angin yang berhembus, dan ranting yang dipukul-pukul. Ia menyebutnya “musik alami.” Sementara Kancil menulis lirik tentang hutan yang selalu memberi kehidupan.
Namun, saat hampir selesai, Kera mulai bersikap egois.
“Aku mau jadi penyanyi utamanya!” teriak Kera.
Kancil menggeleng. “Tapi kita kan kerja sama. Lagu ini harus dinyanyikan bersama.”
Kera ngambek dan pergi. Ia mencoba membuat lagu sendiri, tetapi hasilnya kacau karena tidak ada yang mengatur lirik.
Sementara itu, Kancil menyempurnakan lagu mereka dan menyanyikannya dengan suara lembut. Banyak hewan membantu mengiringi dengan bunyi alam.
Pada hari lomba, Kera menyanyi sendirian, tapi lagunya terdengar kacau.
Giliran Kancil tiba. Ia tampil bersama para burung, tupai, dan katak. Lagu mereka membuat semua terdiam karena begitu indah dan menenangkan.
Raja Hutan tersenyum lebar. “Pemenangnya adalah… Kancil dan teman-temannya! Lagu kalian membawa kedamaian bagi hutan ini.”
Kera merasa malu dan menghampiri Kancil.
“Maafkan aku, Kancil. Aku terlalu sombong.”
Kancil tersenyum, “Tak apa, Kera. Kita bisa nyanyi bersama besok pagi.”
Sejak hari itu, setiap pagi hutan dipenuhi lagu alam ciptaan Kancil dan Kera—simbol persahabatan dan kerja sama.
Pesan moral:
Kerja sama dan kerendahan hati akan menghasilkan keindahan yang tak bisa dicapai sendirian.