11. Kancil, Kera, dan Sungai yang Marah

(300–400 kata)

Di tengah hutan yang sejuk, mengalir sebuah sungai jernih bernama Sungai Lembayung. Semua hewan bergantung padanya untuk minum dan mandi. Tapi suatu hari, air sungai berubah keruh dan deras. Batu-batu ikut hanyut, dan pohon-pohon di tepinya tumbang.

“Sungainya marah!” teriak Burung Pipit. “Ada yang membuang sampah ke hulu!”

Kera tertawa. “Ah, cuma daun dan sisa buah. Tak masalah!”

Kancil mengernyit. “Tapi itu bukan cuma daun, Kera. Aku lihat plastik, sabun, dan botol-botol.”

Kera mengangkat bahu. “Biar saja, toh air tetap mengalir.”

Namun beberapa hari kemudian, air sungai tak lagi jernih. Ikan-ikan mati, hewan tak bisa minum, dan bau busuk menyebar ke seluruh hutan.

“Ini salah siapa?” tanya Tupai panik.

Kancil pun mengajak semua hewan naik ke hulu. Di sana, mereka melihat sisa-sisa sabun, botol sabun cair, plastik buah, dan jejak… kaki Kera.

Kera tertunduk malu. “Aku… cuma ingin bersih dan makan dengan nyaman.”

Kancil menepuk bahu sahabatnya. “Kita semua ingin itu. Tapi kalau caramu merusak sungai, kita semua akan kehilangan air bersih.”

Kera menunduk. “Apa yang harus kulakukan?”

“Kita bersihkan bersama. Dan buat peraturan baru agar semua menjaga sungai.”

Hari-hari berikutnya, hewan-hewan bekerja sama membersihkan sungai. Kera bahkan membuat papan dari kulit pohon bertuliskan: “Jaga Sungai Kita, Jaga Hidup Kita.”

Sungai pun kembali jernih. Ikan-ikan menari, burung-burung bernyanyi, dan semua hewan hidup damai.


Pesan moral:
Lingkungan harus dijaga bersama. Satu kesalahan kecil bisa berdampak besar bagi semua makhluk.